Kamis, 17 November 2011

Sungmin Blog Naver Pics

2011/05/20 10:34
2011/05/27 02:05



2011/06/30 18:44

2011/08/04 13:05

2011/08/06 13:33

2011/08/06 18:08

2011/08/09 20:05
2011/08/09 20:05


2011/08/12 11:25

2011/08/13 10:06

2011/08/13 15:24

2011/08/13 15:24

2011/08/18 10:33

2011/08/18 11:39

2011/08/18 15:37

2011/08/23 02:25

2011/08/23 02:25

2011/08/24 14:13

2011/08/29 11:25

2011/08/29 11:49

2011/09/02 18:10

2011/09/02 18:10

2011/09/09 16:37

2011/09/09 16:37

2011/09/14 09:07

2011/09/14 09:07

2011/09/17 20:48

2011/09/17 21:37

2011/09/23 13:14

2011/09/28 13:50

2011/09/30 13:16

2011/10/01 10:07

2011/10/02 14:12

2011/10/02 14:12

2011/10/08 16:25

2011/10/10 01:55

2011/10/15 18:02

2011/10/15 18:02

2011/11/08 11:27

Sabtu, 15 Oktober 2011

When Life Showing it Love [Blue Bird Necklace]

Deep inside my heart
My breath like a white bird
Becomes weary from yearning
Even if I throw up blue tears
I can’t grab the white moon
From the far sky
I can only look
I am missing you

Luna menatap lirih langit yang berhiaskan bulan purnama dari jendela kamarnya. Ia kini merasa rindu yang sangat kepada Po oppa.
Senyum yang hangat itu, apa bisa ia lihat lagi. Banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.
Ia bahkan berharap Minho sunbaelah Po oppa.
Dalam lamunannya ia pun terlelap.

Keesokan harinya pagi sekali ia telah sampai di sekolah. Ia sengaja mengambil jalan melewati rumah kaca. Mencoba membuka ruangan yang penuh dengan tanaman itu dengan perlahan.
Ia sadar tidak mungkin ada orang yang datang sepagi itu. Nafas panjang ia hembuskan. Melepas semua sesak yang ada di dadanya. Dengan lemah ia berbalik hendak meninggalkan ruangan itu.
"Annyeong." sapa seseorang di hadapannya. Membuat mata Luna terbelalak.
"Minho sunbae...."jawab Luna tapi matanya tertuju ke sebuah tanaman pot dengan daun hijau dan daun merah di tengahnya yang berwarna merah.
"Itu....Poinsettia...." ujar Luna.
"Ne, kau tahu Poinsettia juga? Ini bungan kelahiranku lho." ucap Minho sambil tersenyum.
Tiba-tiba Luna terdiam dalam benaknya hanya ada dua kata " Po Oppa"

"Ne, apa yang kau lakukan disini sepagi ini?" ucap Minho membuyarkan lamunan Luna.
"Eh?"
"Hehe, apa yang kau lakukan disini?"
"Aku....Aku...."jawab Luna gugup.
"Kalau kau tidak keberatan maukah kau membantuku? Sepertinya aku sendirian akan kelelahan mengurus semua tanaman disini."
"Eh?"
"Kau ini memang hobi membuat orang mengatakan sesuatu untuk yang kedua kali ya. Hehe."
Mendengar kata-kata yang sama dengan Po oppa membuat Luna tiba-tiba menitihkan air mata.
"Kau menangis?"tanya Minho Khawatir.
"Aniyooo.."elak Luna.
"Masih saja berbohong, hehe. Kau benar-benar mengingatkanku pada seorang gadis kecil di masa laluku. Matamu benar-benar sama dengannya."

Benarkah ia Po oppa? Pikir Luna.

"Ini...."ujar Minho seraya memberikan sebuah saputangan untuk menyeka airmatanya. Namun entah mengapa Luna tiba-tiba memeluk Minho dengan erat.
"Bogo shipo" ucap Luna dalam hati.
Minho tersenyum melihat Luna yang seperti anak kecil memeluk erat tubuhnya.
Luna melepaskan pelukannya dengan perlahan seraya berucap "Gomawo" tanpa bicara Minho membalasnya dengan senyuman, senyuman terhangat yang pernah Luna lihat.
Beberapa waktu kemudian mereka berdua selalu berjanji untuk bertemu di ruang kaca tersebut setiap paginya.

Pagi hari yang lain.
"Luna!" panggil Sulli yang melihat Luna bergegas ke ruang kaca.
"Ne?" balas Luna.
"Setiap pagi kau selalu bergegas pergi ke suatu tempat kalau kuperhatikan."
Tanpa menjawab pertanyaan Sulli, Luna meninggalkannya seraya melambaikan tangannya dengan tersenyum ke arah Sulli. Meninggalkan Sulli yang semakin penasaran.

"Aigo, semalam aku belajar hingga larut sampai-sampai aku kesiangan." gumam Luna.

Plak..... Langkah Luna terhenti saat tangan seorang yeoja mendarat di pipinya.
Merasakan sakit di pipinya ia pun menyentuh pipinya dan melihat seseorang di hadapannya.
"Apa yang kau lakukan!" bentak Luna.
"Dasar kau ini tidak sadar juga, kau jangan mengganggu Minho oppa! Arasseo!" ujar yeoja itu.
"Lee Seung Young!" panggil Minho.
"Oppa......" rengek Seung Young.
"Hentikan Seung Youngie."
Mendengar ucapan Minho membuat Seung Young bertambah kesal. Iapun berlari meninggalkan mereka.

Minho mendekat ke arah Luna "Gwenchana?"
Luna pun menggeleng, tangan Minho meraih tangan Luna dan membawanya ke ruangan Kesehatan.
Di ruangan itu Minho dengan lembut mengobati luka di ujung bibir Luna dan menempelkan plester.
"Nah, selesai." ucap Minho dan mengembangkan senyumnya.
"Gomawo sunbae."
"Seung Youngie dia...." ucap Minho
"Ne?"
"Kuharap kau tidak membencinya, ia sebenarnya gadis yang baik."
"Uhm." angguk Luna.

Sore hari itu Lee Seung Young sangat kesal mengingat kejadian pagi tadi setelah ia menampar Luna.
"Urgh! Aku benci kau!!!" Seung Young melampiaskan kekesalannya pada bantalnya dengan memukulnya sekuat tenaga.
"Aigo ttal, pulang-pulang malah marah-marah sendiri." ujar Seung Young Eomma yang datang menghampiri kamar Seung Young.
"Eommaaaa.... Biarkan aku sendiri...."rengek Seung Young.
"Lee Seung Young! Kenapa kau bicara kasar pada Eomma!" bentak seorang namja yang tiba-tiba datang ke kamar Seung Young.
"Oppaaaa.....Kapan kau pulang...." Seung Young seperti anak kecil berlari memeluk oppanya.
"Lepaskan oppa, sekarang minta maaf pada Eomma. Palli!" ujarnya seraya melepaskan rangkulan tangan Seung Young dari tubuhnya.
"Jinki-ya, adeul kau seperti tidak tahu kelakuan dongsaengmu saja."
"Eomma, dia sudah SMA sekarang sudah bukan anak-anak lagi. Seung Young minta maaf pada Eomma."
"Ne, Arasseoyo Jinki Oppa..... Mianhata Eomma...." ucap Seung Young, menyesal.
"Gwenchana. Adeul kau baru saja pulang biar Eomma siapkan makan malam ya. Kau mau makan apa?"
"Apa saja yang Eomma masak akan aku makan. Gomawo Eomma."
Sang Eomma pun pergi meninggalkan kedua anaknya.

"Oppa, kenapa kau jahat sekali padaku. Hiks."
"Aish jincha, kau ini sejak kapan oppa mengajarkanmu menjadi cengeng seperti ini. Coba lihat yang oppa bawa untukmu." ia mengeluarkan seuntai kalung berliontin seekor burung biru yang mengepakan sayapnya.



"Oppa, ini untukku?" dibalas anggukan oleh Jinki.
"Gomawo oppa....Nomu nomu choa." iapun langsung memakainya. Belaian lembut tangan Jinki di kepalanya membuat ia tersenyum.

Keesokan paginya.
"Oppa, apa kau akan langsung meneruskan sekolah disini? Apa kau akan menetap bersama aku dan Eomma?"
"Uhm." jawab Jinki singkat.
"Jongmal? Selama oppa di Amerika aku masih menjaga kamar oppa sama seperti saat oppa pergi. Tapi Eomma hampir saja membuat kamar oppa menjadi gudang. Huh!" keluh Seung Young.
"Haha, benarkah? Gwenchana lagipula memang oppa tidak memakainya. Kau ini masih saja bersiteru dengan Eomma, kalau Appa tahu ia pasti sedih."
"Appa.... Kapan Appa pulang bersama kita lagi?"
"Sepertinya masih agak lama karena bisnis Appa di Amerika masih membutuhkan Appa disana."
"Oppa...Tentang pertanyaanku tadi, apa oppa akan meneruskan sekolah disini?"
"Ne, karena sekolah oppa disana sudah selesai. Tapi oppa mau beristirahat sejenak. Kau tahu sekolah disana benar-benar melelahkan." ujar Jinki seraya menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk merelaksasi otot-otot di lehernya yang lelah.

Seung Young berjalan menuju Jinki dan memijat kedua bahu Jinki.
"Gomawo dongsaeng." ujar Jinki. Senyum bangga terkembang di wajah Seung Young.
"Oppa, antar aku ke sekolah ya."
"Ne."

Pagi itu seperti biasa Luna dan Minho menghabiskan pagi mereka bersama di ruang kaca merawat tanaman-tanaman yang ada didalamnya.
"Luna ssi...."panggil Minho.
"Ne sunbae."
"Ulurkan tanganmu." saat Luna mengulurkan kedua tangannya, Minho memberikan sesuatu.
Saat membukanya Luna sangat terkejut. "Untukku?" tanyanya tidak percaya dijawab dengan anggukan oleh Minho. Luna tersenyum seperti gadis kecil.

Di lain tempat di kelas Seung Young.
"Seung Young kalungmu bagus sekali." ucap Soojung sahabatnya.
"Ne, uri oppa yang memberikannya." balasnya bangga.
"Cocok untukmu."
"Gomawo, ah aku ke toilet dulu ya sebentar."

Di toilet.
Seung Young bercermin melihat ke arah kalung yang ada di lehernya.
"Em, cantik sekali." ujar ahjumma yang sedang membersihkan toilet sebelum bergegas keluar setelah selesai membersihkan toilet.
"Gomawo ahjumeonim." balas Seung Young. Dan saat berbalik ia tidak sengaja bertabrakan dengan Luna yang baru saja keluar dari toilet.
"Aish jincha." ujar Seung young kesal.
Tapi Luna bertahan dan tidak mengatakan apa-apa.
"Minggir!" dan Luna pun menyingkir.

Dua jam kemudian pelajaran olahraga. Kelas Seung Young dan Luna kebetulan bersamaan karena mereka mendapat pelajaran out door. Mereka bermain touch ball.
Saat mereka bermain touch ball Seung Young dan Luna berada di kelompok yang berlawanan.
Seung Young mengambil kesempatan itu untuk menyerang Luna.

Usai pelajaran olahraga para siswa dan siswi berganti pakaian di tempat masing-masing.
Luna terlihat lebih dulu selesai berganti pakaian. Tapi Seung Young seperti mencari-cari sesuatu.
"Kalungku, eodi???" ucapnya cemas.
"Kalung birumu itu?"tanya Soojung.
"Ne, dimana. Aku tidak boleh menghilangkannya. Eotteokae..."
Karena kurang hati-hati Luna menjatuhkan sesuatu dari saku jasnya.
"Seung Young itu bukannya kalungmu?" Soojung mengarahkan jarinya ke benda yang dijatuhkan Luna.
"Ne itu kalungku! Ya! Kau mencurinya dariku!" bentak Seung Young.

Karena keributan tersebut Luna dan Seung Young dipanggil ke ruang guru.
Wali kelas Luna Kim Young Duk yang menengahi antara mereka berdua.
"Luna, apa benar kau tidak mencurinya?"tanya Youngduk.
"Buat apa bertanya lagi songsaengnim. Jelas ia yang mencuri kalungku!" ujar Seung Young ketus.
"Lee Seung Young!" panggil seorang pria.
"Jinki Oppa....Bagaimana oppa bisa kesini?"tanya Seung Young kaget.
Luna hanya menunduk tidak mengatakan apa-apa.
"Tadi saat oppa menunggumu di gerbang sekolah, temanmu Soojung bilang kalau kau disini."jawab Jinki.
"Kau ini siapa?"tanya Youngduk.
"Aku kakak dari Lee Seung Young, namaku Lee Jinki. Songsaengnim. Apa yang terjadi dengan dongsaengku?"
"Dia mengambil kalungku!" tuduh Seung Young.
"Benarkah itu Luna?" tanya Youngduk tapi tetap sama saja Luna sama sekali tidak menjawab.
Jinki melirik ke arah Luna.

"Seung Youngie, kau salah itu kalung yang aku berikan!" ujar Minho yang baru datang dengan tergesa-gesa.
"Mwora? Oppa bohong! Mana mungkin itu kalung yang sama!"ketus Seung Young.
"Minho, kau memberikan kalung itu?"tanya Jinki heran.
"Hyung, kau juga memberikan kalung itu kepada Seung Young?"
Kata-kata Jinki dan Minho membuat Seung Young bingung.
"Ya! Jinki Oppa...Minho oppa! Apa yang kalian bicarakan?"
"Seung Youngie itu sepertinya bukan kalungmu. Benar kata Minho."
"Mwo? Jadi oppa pikir aku berbohong?" lirih Seung Young.
"Kapan terakhir kali kau memakai kalungmu?"tanya Youngduk.
"Di toilet." jawab Seung Young.

Setelah mereka semua tiba di toilet yang dimaksud Seung Young, mereka bertemu dengan ahjumma yang biasa membersihkan toilet, ia mengatakan menemukan sebuah kalung. Dan kalung itu milik Seung Young.
"Seung Youngie minta maaf kepada Luna."pinta Minho.
"Mianhe." ucapnya pelan. Luna lalu meninggalkan mereka semua tanpa sepatah katapun.
Minho berusaha mengejarnya.

"Seung Young masalah sudah selesai sekarang, lain kali berhati-hatilah menjaga barang-barangmu. Aku pergi dulu." ujar Youngduk.
"Nde songsaengnim." jawab Seung Young.
Jinki masih saja menatap ke arah Luna pergi. Entah mengapa keberadaan Luna sangat mengganggu pikirannya.
"Oppa, ayo kita pulang." kata-kata Seung Young membuyarkan lamunan Jinki.
"Ne, kajja."

End Part When Life Showing it Love [Blue Bird Necklace]


Jumat, 01 Juli 2011

When Life Showing it Love [Unexpected Meeting]

When it’s tomorrow, you will leave my side
When it’s tomorrow, I will wish upon a shooting star alone
Just like the ending of a movie
Our ending fulfilled the prediction of tears
Broken promises all over the ground, the yesterday that cannot be pieced together again
But I still look forward to the appearance of a miracle
Your shadow is drifting further and further away.

Luna merasakan kehilangan, kehilangan yang teramat sangat setelah kepergian "Po oppa".
Berhari-hari Luna kecil menunggu dan menunggu setiap harinya di tempat yang sama saat mereka berdua berjanji untuk bertemu. Akhirnya ia menyerah untuk berharap.
Dimatanya kini "Po oppa" sama halnya dengan sang Ayah yang meninggalkannya.
Setahun kemudian Junghee mendapat tawaran pekerjaan dan mereka kembali menempati rumah mereka yang sebelumnya mereka tinggalkan, tidak lupa mereka mengajak serta sang nenek.
Memulai kehidupan yang baru. Di tempat yang sama saat mereka berusaha meninggalkan semua kenangan pahit mereka bersama Jongmin.

Enam tahun berselang.
Luna kecil menjadi remaja yang tertutup. Tiada hari tanpa belajar.
Suatu saat sang nenek masuk ke dalam kamar Luna.
"Sunyoungie......"panggil sang nenek.
"Halmonie, mworago?"tanya Luna yang sebelumnya asik berkutat dengan buku-buku pelajaran.
Di letakannya kacamata yang membingkai kedua matanya.

"Apa kau akan terus belajar seperti ini? Apa kau tidak ingin seperti teman-teman sebayamu bermain. Lagipula ini liburan musim panas. Kenapa masih mengurung diri dan belajar saja?"tanya sang nenek cemas.
"Halmonie, aku tidak butuh teman. Aku harus belajar karna dengan belajar aku bisa mendapatkan beasiswa dan meringankan beban eomma."
Sang nenek menghela nafas panjang saat mendengar jawaban Luna.
"Tidurlah, sudah larut malam. Kau teruskan besok belajarnya ya."
"Sepertinya aku masih belum bisa tidur halmonie. Sebentar lagi ujian akhir kelulusan jadi tidak bisa tidak belajar."
"Tidak bisa, 10 menit lagi kau harus segera tidur."perintah sang nenek.
"Keundae....."
"Kalau halmonie bilang 10 menit tetap 10 menit tidak bisa diganggu gugat. Arasseo!"bentak nya.
Luna akhirnya menuruti perintah sang nenek.

Seperti biasa Junghee pulang larut malam. Dan ibunya masih menunggunya pulang sambil duduk di sofa favoritnya.
"Junghee-ya, lembur lagi kah?"tanyanya.
"Ne eomma, eomma belum tidur?"tanya Junghee seraya menghampiri sang eomma dan memijat kedua bahunya.
"Eomma menunggumu pulang dan baru saja mengecek Sunyoungie yang masih saja belajar selarut ini."

Junghee menghela nafasnya, ia tahu putrinya sangat berusaha terlalu keras dalam pelajaran.
"Junghee-ya, eomma takut Sunyoungie tidak bisa hidup dengan wajar seperti anak-anak seusianya. Ia sama sekali tidak memiliki teman, temannya hanyalah buku pelajaran. Semua ia lakukan demi beasiswa yang akan meringankan tanggung jawabmu. Mianhe, eomma sama sekali tidak bisa membantu kalian."
"Aniyooo....Eomma sudah bekerja keras menggantikan posisiku menjaga Luna. Biar aku bicara dengannya besok sebelum aku pergi bekerja. Eomma tidurlah sudah malam."
Mereka akhirnya pergi beristirahat.

Keesokan harinya. Sebelum berangkat ke tempat kerjanya. Junghee menyempatkan diri berbicara dengan Luna yang sedang membersihkan dapur menggantikan sang nenek yang sedang berbelanja ke pasar.
"Uri Luna kemarilah. Eomma ingin bicara."
Luna menghentikan kegiatannya, ia melepas apron dan mengelap tangannya yang basah. Lalu ia menghampiri Junghee yang duduk di meja makan.

"Mworago eomma?"
"Apa kau sudah menentukan akan meneruskan sekolah dimana?"
"Em, aku sedang berusaha mengikuti test masuk SMA Hanyoung. Mereka membuka test masuk untuk siswa yang ingin mendapatkan beasiswa."
"Bukankah kau tertarik dengan art? Kenapa tidak masuk ke sekolah art saja?"
"Animnida....Walau aku menyukai art aku tidak bisa dan tidak mau masuk ke sekolah art."
"Eomma mau kau masuk sekolah yang kau inginkan."
Luna terdiam, sepertinya ia tahu eommanya melakukan percakapan ini dikarenakan sang nenek.

"Eomma tahu kau sangat suka menyanyi. Dan eomma tahu bakat menyanyimu sangat luar biasa."
"Keundae...."luna menyanggah.
"Luna, demi masa depanmu eomma ingin kau mengurungkan niatmu ke SMA Hanyoung. Eomma ingin kau masuk SMA Anyang. Disana bakatmu bisa dikembangkan."
"Eomma....."
"Keputusan eomma sudah bulat. Kau tidak perlu memikirkan masalah keuangan keluarga kita. Tugasmu hanyalah menggapai impianmu. Eomma tidak mau menyia-nyiakan bakatmu."
Keputusan Junghee membuat Luna tidak bisa berkata-kata.

Seminggu berselang sejak percakapan dengan sang eomma. Seharusnya esok hari ia mengikuti test masuk ke SMA Hanyoung tapi ujian masuk SMA Anyang juga pada hari yang sama.
Luna yang bingung hanya terduduk lemas di teras memandang taman kecil di hadapannya.
Gladiol......Tiap kali ia melihat bunga tersebut ia teringat kembali dengan "Po Oppa".

It doesn’t matter if I’m lonely. Whenever I think of you
A smile spreads across my face.
It doesn’t matter if I’m tired. Whenever you are happy
My heart is filled with love.

Tanpa disadari Luna ada seseorang yang mengendap-endap di belakang Luna dan tiba-tiba memeluk Luna dari belakang.
Sontak Luna kaget dan berdiri lalu berteriak.."Kyaaaa!!!!"
"Aiyooo.....Suaramu keras sekali."ucap orang itu sambil mengusap telinganya.
"Omona.....Amber oppaaaa.....!!!!"Luna seketika berhambur ke pelukannya.
"Aissshhh...Kenapa masih memanggilku oppa! Nappeunda."keluh Amber.
"Oppaaaa....Oppaaaa....Oppaaaa....!!!"
"Ya! Luna kau ini....."Amber menggelengkan kepalanya.


Note : Amber adalah sepupu Luna. Nenek mereka kakak beradik. Rumah mereka pun berdekatan.
Dari kecil Luna hanya bisa akrab dengan Amber yang 1 tahun lebih tua darinya.
Empat tahun yang lalu Amber dan keluarga nya pergi ke Amerika karna Ayah Amber ditempatkan disana.
Karna gaya Amber yang tomboy, Luna selalu memanggilnya dengan panggilan "oppa".



"Oppa kapan kau tiba?"
"Tadi malam, tapi karna sudah larut jadi aku tidak langsung kemari."
"Oh..." jawab Luna singkat. Dan kembali tertunduk.
"Wae? Ada yang merisaukanmu?"
"Nae eomma ingin aku ke SMA Anyang sedangkan aku ingin masuk Hanyoung demi eomma."keluh Luna.
"Aigo,kau tahu yang terpenting bagi eomma mu adalah kau bisa sekolah dengan bahagia dengan begitu iapun akan bahagia." ucapan Amber benar, Eommanya pun benar. Ia hanya bisa mengikuti kehendak

Dua minggu kemudian Luna mendapat kabar dirinya telah berhasil masuk SMA Anyang dengan nilai sempurna.
Hari pertama mereka mengadakan hari penyambutan murid baru.
Luna yang belum mendapatkan teman hanya duduk diam di barisan bangku-bangku siswa sementara siswa yang lainnya asik mengobrol dengan kelompok mereka masing-masing.
"Jogiyooo.....Jusonghamnida....."seorang siswi dengan rambut diikat dua menyerobot masuk di barisan bangku-bangku siswa dan duduk tepat di sebelah Luna yang kebetulan kosong.
Tidak sengaja kaki Luna terinjak olehnya "Awww....." Luna kesakitan.
"Ah mianhe....Jusonghamnida....Aww..."ia bermaksud untuk menyentuk kaki Luna yang diinjaknya namun kepalanya terna pegangan kursi tepat di dahinya.
"Gwenchana?"tanya Luna yang balik khawatir. Namun siswi itu tersenyum sambil menggeleng.

Luna kembali acuh padanya. Dan kembali duduk di kursinya dengan wajah kesal.
"Sulli imnidaaaa....."ujar siswi itu dengan antusias menjulurkan tangannya ke Luna.



Dengan malas Luna tidak menganggap salam perkenalan Sulli. Namun ia menarik tangan Luna dan menyalaminya dengan semangat.
"Namamu?"tanya Sulli. Luna tidak menjawab tapi menunjukan name tag di seragamnya. Yang bertuliskan Luna Park.
"Algasseumnida Lunaaa...."seru Sulli.
"Bisa kau diam? Acara sudah mau dimulai."ucap Luna dengan ketus namun Sulli tampak tidak mendengarnya, ia asyik memainkan ponselnya.

Seharian penuh ia selalu diikuti oleh Sulli, karna merasa bosan ia berjalan-jalan di sekitar Sekolah.
Ada sesuatu yang menarik perhatiannya sebuah ruangan kaca yang penuh dengan tanaman-tanaman.
Di dalam nya penuh dengan tanaman dan bunga yang sangat indah.
Matanya tertuju kepada sebuah bunga yang sangat ia kenal.
"Gladiol......"ucap seseorang tiba-tiba yang membuat Luna kaget.
Ia menoleh ke arah suara tersebut. Seorang siswa yang lebih senior darinya.
Tinggi dan tampan dengan barisan gigi yang rapi menghiasi senyumnya yang menawan.
"Kau siswi baru disini?"tanya siswa itu.
"Ne? Ah ye....Aku murid baru disini sun...bae...." jawab Luna yang menyadari siswa di hadapannya merupakan seniornya yang berpidato saat acara penyambutan murid baru tadi.
"Kau suka bunga itu?"tanyanya kepada Luna.
"Ne, nomu choa. Gladiol...."jawab Luna.
"Kau tahu Gladiol mempunyai arti kenangan, ketulusan, kemurahan hati dan juga pendirian yang teguh. Jadi beruntunglah orang yang lahir di bulan agustus memiliki sifat yang sama dengan Gladiol karna bunga inilah bunga kelahiran agustus." jelas siswa tersebut.

Membuat Luna kaget. Kata-kata barusan sama seperti yang diucapkan oleh "Po oppa".
Melihat Luna yang bengong, sunbae itu melambaikan tangannya di depan wajah Luna.
"Ah mianhamnida sunbae. Sunbae suka bunga?" Luna menanyakan pertanyaan yang sama seperti ke Po oppa.
"Ne, aku suka bunga." jawaban singkatnya hampir saja membuat Luna menangis.

"Minho Oppaaa....."panggil seorang siswi.
Membuat sunbae itu dan Luna menoleh ke arah suara tersebut.
"Wae? Sudah kubilang jangan panggil oppa kalau disini. Tidak enak didengar yang lain."jelas Minho.
"Biar.....Aku mau panggil oppa....Aku tidak peduli orang mau bilang apa. Minho oppa sudah makan siang belum??"
Luna agak kecewa melihat kemesraan mereka.
"Sebentar oppa pakai jas oppa dulu." dengan jelas Luna melihat name tag nya bertuliskan Choi Minho sedangkan siswi itu bernama Lee Sung young.
"Oppa....Ige nuguya?"tanya Lee Sungyoung sembari menunjukan rasa tidak senangnya dengan keberadaan Luna.



"Aku bukan siapa-siapa hanya tidak sengaja bertemu dengan sunbae disini. Kalau begitu aku pergi duluan. Annyeong." Luna beranjak pergi meninggalkan ruang kaca.
"Luna Park......"gumam Minho.
"Ne oppa?"tanya Sungyoung yang mendengar gumaman Minho.
"Aniyo....Khaja katanya kau mau makan siang."
"Ne oppaaa...."jawabnya semangat.

Luna berjalan dengan cepat, menahan tangisannya. Ia hampir saja mempercayai bahwa orang itu adalah Po oppa.
"Uljima....Dia bukan po oppa...." tapi batinnya mengatakan lain.
Ia berharap Minho lah Po Oppa yang selama ini ia rindukan.

The disease where my love is slowly dying
It hurts a little, but I don’t want to get better
Every single memory is erasing
Going back to the times when we were strangers,
I want to rest now


*********End of Unexpected Meeting*********

Sabtu, 25 Juni 2011

When Life Showing it Love [Gladiol - Childhood Game of Love]

Kini di umurnya yang sudah genap 8th Luna menjadi lebih dewasa dari anak sebayanya.
Kehidupan Luna mulai terusik ternyata di tempat tinggal neneknya.
Masa lalu Junghee yang banyak diketahui oleh para tetangga. Mereka bergunjing dibelakang keluarga Park [Marga Junghee].

Suatu hari Luna yang sedang berjalan sepulang dari sekolah ia mendapati barisan bunga-bunga liar di pinggir jalan. Ia berjongkok menatap bunga-bunga kecil di pinggir jalan itu, menyentuhnya dengan lembut.
Dalam hatinya ia merasa bunga-bunga itu sama sepertinya, kecil tidak berdaya dan dipandang sebelah mata oleh semua orang. Tiba-tiba segerombolan anak datang menghampirinya.
"Hei babo!"panggil satu anak kepadanya.
Tapi Luna tidak menghiraukannya ia masih memperhatikan bunga-bunga liar tersebut.
"Babo...Kau tuli yah!"anak yang menggangu Luna pun kesal karna tidak ada reaksi dari Luna maka ia menginjak bunga-bunga liar itu dan mendorong Luna hingga tersungkur membuat pakaiannya kotor terkena tanah.

"Ya!! Apa yang kalian lakukan!"teriak satu anak laki-laki yang baru datang.
"Kenapa kau, apa kau kasihan sama anak babo ini!"
"Babo? Apa maksud kalian babo...Pergi sana jangan sampai aku pukul kalian!"
Gerombolan anak itupun pergi.
Anak laki-laki itu melihat Luna yang kotor. "Gwenchana?"tanya anak laki-laki itu.
Luna mengangguk.
"Kenapa kau diam saja saat mereka menyebutmu dengan sebutan Babo?"
"Aku memang Babo, karna aku tidak pintar."jawab Luna sembari membersihkan lumpur yang menempel di celana nya.

"Sini biar kubantu." dengan perhatian anak laki-laki itu membersihkan celana Luna.
Luna tertegun melihatnya.
Usai membersihkan celana Luna, anak laki-laki itu melihat tanaman yang diinjak-injak anak-anak nakal tadi.
"Kejam sekali mereka, bunga ini kan tidak bersalah sama sekali."
"Kau suka bunga?"tanya Luna dengan nada suara yang pelan bahkan hampir berbisik.
"Ne, aku suka bunga. Bunga ini namanya dandelion. Ia bunga yang bisa tumbuh dimana saja. Dan mereka adalah bunga yang kuat."

Luna memperhatikan anak laki-laki itu saat ia membicarakan tentang bunga.
Sepertinya ia merasa diperhatikan oleh Luna lalu ia menghentikan kata-katanya dan menatap Luna.
Membuat nya kaget dan tertunduk.
"Em, kapan tanggal lahirmu?"tanya anak laki-laki itu.
"eh?" Luna bingung.
"Tanggal lahirmu?"anak laki-laki itu kembali menekankan pertanyaannya kembali.
"12 agustus."jawab Luna.

"Gladiol......"
"Ye?"Luna tambah bingung.
"Bungan kelahiran mu adalah Gladiol."
"Gladiol? Bunga apa itu?" Luna baru mendengar nama bunga tersebut.
"Kembali lagi besok akan aku beritahu bunga apa itu. Jam yang sama ya."ujar anak laki-laki itu.
"Mwo?"
"Kau ini memang hobi membuat orang mengatakan sesuatu untuk yang kedua kali ya. Hehe."
"Eh?"
"Nah itu dia maksudku. Aku pergi dulu ya. Annyeong...." dan iapun pergi berlalu meninggalkan Luna yang masih penuh tanya.

Keesokan harinya Luna bergegas pulang seusai sekolah, ia berharap bisa bertemu lagi dengan anak laki-laki itu. Sesampainya ia disana ia tidak mendapati siapapun di tempat itu.
Kekecewaan tersirat dari wajah polos Luna. Dilihatnya bunga dandelion yang kemarin rusak terinjak.
Tapi anehnya sudah kembali seperti semula.
"Sudah kubilang kan bunga-bunga itu kuat. Ia kembali segar seperti semula."kedatangan anak laki-laki itu mengagetkan Luna.
"Kaauuu mengagetkanku.....Hiks...."
"Eh, wae? Kenapa menangis?"
"Aku tidak menangis....."elak Luna.
"Eiiii....Itu apa air mata bukan?"anak laki-laki itu malah terus menggoda Luna sampai akhirnya ia menangis sangat kencang.
"Aigooo....Uljimaaa....Eotteokaee.....Aishhh....Uljima....Nanti kubawa kau ke suatu tempat ya."bujuknya.
"Eodi?" seketika tangis Luna berhenti walau air matanya belum berhenti menetes.
"Nah khaja....Akan kuantar kau ke suatu tempat." anak laki-laki itu mengajak Luna dengan membonceng sepedanya.

Mereka tiba di sebuah tempat yang dipagari oleh dinding yang sudah dipenuhi oleh tumbuhan merambat dan ada pintu kayu yang terlihat sangat tua yang hanya setinggi 1 meter.
Pelan anak laki-laki itu membuka pintu yang pegangannya sudah berkarat.
Luna agak takut jadi ia mundur dua langkah.
"Gladiol, jangan takut kau pasti akan suka tempat ini." seraya menjulurkan tangannya ke Luna.
Luna pun meraih uluran tangannya dan masuk ke tempat itu.

Alangkah terkejutnya Luna ternyatanya terdapat sebuah taman yang penuh dengan bunga-bunga.
Taman itu terlihat tak terurus tapi tetap tidak kehilangan keindahannya.
Langkah Luna tertuju kepada bunga yang tangkainya berisi bertumpuk-tumpuk bunga berwarna pink.
"Gladiol kau sudah mengenali bunga kelahiranmu ternyata."ujar anak laki-laki itu.
"Ini gladiol....Cantik sekali....."Luna mengamati bunga di hadapannya itu sambil berjongkok.
Anak laki-laki itu mengamati Luna sambil tersenyum.
"Biar kuberitahu Gladiol mempunyai arti kenangan, ketulusan, kemurahan hati dan juga pendirian yang teguh."

"Em, tapi namaku bukan gladiol....."ujar Luna.
"Ne, ara...Aku tahu kau pasti punya nama. Tapi aku lebih senang memanggilmu dengan sebutan Gladiol."
"Em...Kalau begitu bagaimana aku harus memanggilmu?"tanya Luna.
"Mengingat aku lebih tua darimu kau bisa memanggilku dengan 'oppa', ottae?"
"Hanya 'oppa'? Kalau begitu apakah disini ada bunga kelahiran oppa?"
Anak laki-laki itu terkekeh mendengar Luna menyebutnya dengan 'oppa'.
"Ehem....Kita tidak bisa menemukannya saat ini."jawabnya.
"Wae?"
"Karna ini belum memasuki bulan desember jadi kita belum bisa melihatnya saat ini."
"Bulan kelahiran oppa desember? Kalau begitu apa nama bunga kelahiran desember?"tanya Luna antusias.
"Namanya Bunga Poinsettia kau bisa menemukannya saat natal."
"Artinya?"
"Hemmmm.....Kau bisa mencari tahu sendiri ya. Sudah sore mari kita pulang."

"Besok apa kita bisa bertemu lagi Poin.....se......."Luna kesulitan mengucapkan nama Poinsettia.
Setelah beberapa saat barulah ia meneruskan kalimatnya "Po oppa....."
"Kau yakin? Jangan menyesal ya...." tiba-tiba anak laki-laki itu mencium bibir Luna.
Luna kaget dibuatnya hingga ia cegukan.
"Hik...Hik...."cegukan nya tidak berhenti.
"Aigooo....Kenapa bisa cegukan seperti ini...?"anak laki-laki itu bingung.
Saat ia meniup-niup kepala Luna akhirnya berhenti cegukannya.

"Kenapa oppa menciumku?"pikiran Luna yang masih polos tidak berpikir kalau ia baru saja mendapatkan ciuman pertama.
"Bukannya kamu tadi yang minta di - Po?"ledeknya dengan usil.
"Benarkah?"tanya Luna lagi dengan polosnya hingga membuat anak laki-laki itu tertawa.
"Cukup panggil oppa saja. Hari sudah mulai sore biar oppa antar kau pulang ya."
Luna mengangguk tanda setuju.

Di perjalanan pulang anak laki-laki itu menghentikan sepedanya.
"Appa......."ia memanggil seseorang dari kejauhan.
"Itu appanya oppa ya?"tanya Luna.
"Ne...."
"Kalau begitu aku berhenti sampai disini saja oppa. Rumahku tidak jauh dari sini. Annyeong Po Oppa."
"Eh....Gladiol...."panggil anak laki-laki itu tapi langkah Luna sudah semakin menjauh.

"Aigo, appa cari kau kemana-mana ternyata kau ada disini. Gadis kecil tadi siapa?"
"Dia gladiol, gadis kecil yang baru kutemui."
"Uri adeul ternyata....."ledek appanya.
"Aishhh, appa sudah jangan menggodaku."
"Malam ini kita pulang ya."
"Secepat itu appa?"
"Nde, kita kesini hanya untuk mengunjungi makam eomma mu dan kebetulan appa juga mengunjungi sahabat appa disini. Karna urusan kita selesai jadi kita kembali."
"Ne, algaesseumnida appa...."

Anak laki-laki itu sedikit kecewa karna ia tidak tahu kapan lagi ia bisa bertemu dengan Gladiol a.k.a Luna.

***** End Gladiol - Childhood Game of Love*****

Jumat, 24 Juni 2011

When Life Showing it Love [ Preview Luna]

 Flash Back Story of Luna

  • Park Sunyoung a.k.a Luna seorang gadis remaja berumur 17th.
Tidak seperti remaja kebanyakan yang lebih menghabiskan waktu dengan bersenang - senang, Luna merupakan siswi teladan yang cerdas. Dibalik kecerdasannya ia memiliki perangai yang kurang bersahabat dan ia juga remaja yang introvert.

  • Park Junghee adalah eomma dari Luna, ia merupakan alasan Luna meraih prestasi setinggi - tingginya.
Karena ia ingin sang ibu tidak lagi bergantung dari "abeoji" nya.
Keluarga Luna sangat rumit. Semua berawal dari kisah masa lalu

***********

  • Kim Jong Min adalah ayah dari Luna. Sebelum ia menikah dengan Park Junghee ia sudah menikah dengan Han SungYe putri dari pemilik perusahaan dimana Jongmin menjabat sebagai manager, selama lebih dari 3th dan dikaruniai seorang anak bernama Kim Jonghyun.
Pernikahan mereka merupakan perjodohan atas desakan ayah SungYe akhirnya mereka menikah.
Namun berjalan 3th pernikahan mereka Jongmin tidak merasakan kebahagiaan ia selalu tertekan oleh keluarga SungYe. Sampai ia bertemu dengan Junghee yang telah membuatnya jatuh cinta.
Iapun nekat menceraikan SungYe dan keluar dari perusahaan ayah SungYe, meniti usahanya sendiri demi menikahi Junghee.
Mereka dikaruniai seorang putri yang diberi nama oleh Jongmin dengan Kim Sunyoung.
Namun kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama, tiga tahun kemudian SungYe yang sudah menggantikan ayahnya dalam perusahaannya ia merasa tidak tahan melihat kebahagiaan Jongmin bersama keluarga barunya.
Maka ia berusaha menghancurkan rumah tangga mereka dengan cara menjatuhkan usaha yg dirintis oleh Jongmin.

Tekanan demi tekanan hingga perusahaan Jongmin pun bangkrut, ia tidak menyadari SungYe lah dalang dari kebangkrutan usahanya itu.
Tapi atas dukungan Junghee, Jongmin masih bisa bertahan.
Tak hilang akal SungYe mengutus seorang untuk memata-matai Junghee.
Park Junghee ia bekerja sebagai perangkai bunga yang dimiliki oleh Lee Ji Min. Junghee adalah sahabat dari istri Ji Min yang sudah wafat. Mereka sangat akrab karena sudah saling mengenal sejak muda.

Keakraban mereka ternyata dimanipulasi oleh orang suruhan SungYe.
Dengan keahliannya mengedit ia pun berhasil membuat gambar fiktif yang membuat Jongmin murka.
Ia tidak lagi bisa mengendalikan kemarahannya dan memutuskan untuk menceraikan Junghee.
Di saat kegalauannya itu lah SungYe berhasil mengambil hati Jongmin kembali. Dan mereka pun menikah.

Kegamangan dirasakan oleh Junghee yang harus seorang diri mengasuh Sunyoung tanpa ayah.
Tapi ia bertekat untuk melakukannya seorang diri. Ia pun bekerja keras demi putri satu-satunya Sunyoung.
Suatu hari si kecil Sunyoung berkata "Eomma.....Kenapa appa tidak pulang kerumah kita?"
Sambil menahan tangisnya Junghee menjawab " Appa Sunyoung sedang bekerja, appa sedang berlayar, Sunyoung sabar ya sayang nanti appa juga akan pulang." sambil mengusap rambut Sunyoung yang tertidur pulas dipangkuannya tanpa sadar ia menitihkan air matanya.

Saat berumur 6th Sunyoung kecil yang selalu mendapat pertanyaan tentang Ayahnya dari teman-temannya.
Tiap kali ia bertanya kepada Eommanya, setiap kali eommanya selalu mengatakan jawaban yang sama kalau appa nya sedang berlayar.
Tak tahan akhirnya ia menanyakan hal itu kembali kepada eomma nya.
Saat itu Junghee yang sedang kalut akan perekonomian keluarganya tiba-tiba Sunyoung kembali menanyakan pertanyaan yang sama tentang keberadaan ayahnya.
Tanpa banyak berkata apa-apa, Junghee menggendong Sunyoung dan mengantarnya ke suatu tempat.

Rumah besar berlantai dua itu sungguh mewah dengan taman yang luas. Belum sempat Junghee menekan bel sebuah mobil tiba.
Junghee mengenali orang yang duduk di kursi belakang mobil mewah tersebut lalu dengan spontan menghadang laju mobil itu.
Setelah ia menurunkan Sunyoung dari pelukannya ia mengetuk jendela mobil tersebut seraya berkata "Jongmin Oppa....Buka pintunya.....Jebal....!"
Ternyata Jongmin yang berada dalam mobil tersebut langsung mengenali mantan istrinya itu.
Ia keluar dari mobil dan terperangah saat melihat Junghee terlebih lagi saat ia melihat seorang gadis kecil disamping Junghee.

Dengan panik ia menarik Junghee dan Sunyoung masuk ke dalam mobil dan memerintahkan supir untuk ke tempat lain. Hingga tinggal mereka bertiga di dalam mobil.
"Junghee! Kenapa kau bisa ada disini?"tanya Jongmin.
Lalu Junghee berkata "Oppa, ini....." seraya memegang kedua bahu Sunyoung.
"Sunyoung.....Kau kah ini....."Jongmin langsung memeluk Sunyoung. Air matanya tak berhenti menetes ia sungguh merindukan putrinya.
Setelah beberapa lama ia melepas pelukannya. "Junghee, kalian tidak bisa lama-lama disini aku yang akan mengunjungimu. Kumohon menjauhlah dari rumah ini terlebih jangan sampai SungYe tahu kau kesini."
"Oppa...Apa kau masih membenciku, sungguh aku dan Ji Min ssi tidak ada hubungan apa-apa!"tegas Junghee.
"Nde, arasseo Junghee-ya. Aku tahu semua itu tapi sekarang bukan itu masalahnya. Jika SungYe tahu kita masih berhubungan, ia pasti akan marah besar."
Junghee kaget mendengar jawaban Jongmin.

Lalu Junghee dan Sunyoung pun pergi. Tapi Jongmin sempat berlari ke arah Sunyoung sambil memeluknya ia berkata "Uri Sunyoungie, selamanya kau harus terus mengingat appa. Suatu saat kita pasti akan bertemu lagi. Saranghae." setelah mengecup dahi Sunyoung, Junghee mengajak Sunyoung untuk pergi.
Mereka menghentikan sebuah taxi yang melintas.

Sunyoung kecil tidak mampu berkata apa-apa ia hanya terdiam setelah mengalami perjumpaannya kembali dengan ayahnya.

Dan benar sesuai janji Jongmin beberapa hari kemudian ia menjemput Sunyoung untuk bermain bersama.
Jongmin datang diam-diam ke sekolah Sunyoung setelah meminta izin kepada Junghee sebelumnya.

Ia berdiri di depan gerbang sekolah Sunyoung. Melihat putrinya yang baru keluar dari sekolah ia berlari ke arahnya. "Uri Sunyoungie sudah pulang. Ikut appa bermain ya."
"Eodi?"tanya Sunyoung.
"Kita akan pergi ke taman bermain. Uri Sunyoungie pasti suka kan. Khaja....!"
Sunyoung pun setuju.
"Kau tahu siapa yang memberimu nama Sunyoung? Itu nama pemberian dari appa."
"Kalau begitu panggil lagi."
"Ne?"tanya Jongmin heran.
"Panggil nama ku lagi appa...."pinta Sunyoung.
"Neeee...Sunyoung....Sunyoung....Sunyoung.....Hahahaha....."sambil meneriakan nama putrinya berkali-kali ia juga menggendong Sunyoung dipunggungnya.

Di taman bermain ia merasa sangat bahagia. Ini kali pertama ia bermain disana bersama ayahnya.
Ia tak henti-hentinya tertawa.

Beberapa kali ia pergi bersama ayahnya. Baik itu bermain ke taman bermain maupun hanya makan bersama di restoran ataupun dirumah bersama Junghee.
Untuk beberapa saat Sunyoung kecil merasakan kebahagiaan yang tak terhingga.

Hari minggu pagi, seperti biasa Sunyoung berharap ayahnya akan menjemputnya. Tapi tak kunjung datang.
Sunyoung yang polos menunggu dan menunggu kedatangannya setiap hari.
Suatu malam Jongmin datang ke rumah Junghee.
Sunyoung yang terbangun karna haus iapun kaluar dari kamarnya. Pelan ia mendengar ibunya sedang berbicara dengan seseorang dan orang itu adalah ayahnya.
Sunyoung menguping pembicaraan mereka.

"Oppa....Ada apa denganmu.....?"tanya Junghee.
"Jusonghamnida aku tidak bisa terus begini. Kalau terus begini kehidupanku akan hancur."jawab Jongmin.
"Mwo? Oppa....Kenapa kau bicara seperti itu. Apa kau tidak merasa kehidupanmu adalah kehidupan ku dan Sunyoung juga?"
"Junghee! Kau tidak boleh egois seperti ini. Kau tahu karna masalah ini semua usahaku bisa saja langsung dihentikan oleh SunYe. Aku tidak mau itu terjadi!" bentak Jongmin.
Junghee yang kesal bangkit dari tempat duduknya "Ya! Kim Jongmin! Teganya kau mementingkan perusahaanmu daripada kami!"ucap Junghee emosi.
Plakkk....Tamparan mendarat di pipi Junghee hingga ia jatuh tersungkur di lantai.
Jongmin tidak sadar ia telah menyakiti Junghee, saat tersadar ia berusaha menolong Junghee tapi Junghee menepis tangan Jongmin, "Singkirkan tanganmu!"bentak Junghee.
"Junghee.....Kumohon mengertilah....."
"Pergi.....Pergi kau dari rumahku....!"
Jongmin pun melangkah keluar. Sunyoung lalu bersembunyi sambil menangis.


Ia merasa kepedihan yang teramat sangat saat melihat ibunya menangis sesegukan yang telah tersakiti oleh ayahnya.
Dalam hatinya yang masih polos itu tersimpan kebencian teramat sangat kepada sang ayah.

Keesokan harinya, Sunyoung bangun tidur melihat ibunya membereskan pakaian-pakaiannya.
"Eomma...."panggil Sunyoung sambil mengucek matanya.
"Oh kau sudah bangun....Ayo mandi...Kita harus siap-siap."
"Eh??? Eomma siap-siap kemana?"
"Kita pindah dari sini ya. Sekarang ayo kita ke sekolah untuk mengurus kepindahanmu."
Tanpa berkata apa-apa lagi Sunyoung pun menurutinya.

Di usianya yang sangat belia ia mengalami perasaan benci yang teramat sangat.
Dalam hatinya ia tidak ingin ibunya menangis lagi.

Malam harinya setelah selesai mengemas barang-barang mereka pergi ke kampung halaman Junghee tepatnya ke rumah nenek Sunyoung agar bisa sampai disana keesokan paginya.
Dalam perjalanan mereka menggunakan kereta api.
Malam itu bulan bersinar terang dan kebetulan bulan purnama.
Sunyoung kecil menatap bulan purnama dengan serius.
"Luna......."ucap ibunya.
"Ye?"ujar Sunyoung bingung.
"Luna.....Artinya bulan......Kau sangat suka bulan kan?"
"Ne, eomma. Nomu nomu choa...."
"Wae?"
"Karna aku takut gelap tapi kalau ada bulan yang terang aku tidak takut lagi."jelas Sunyoung.
"Bulan itu seperti kamu bagi eomma...."
"Waeyo eomma?"
"Karna sesakit apapun eomma, tetap akan tegar bila ada kamu bersama eomma."
Senyum Sunyoung mengembang.
"Eomma.....Mulai sekarang aku mau namaku menjadi Luna."
Sesaat Junghee terdiam mendengar kata-kata Sunyoung.
"Waeyo?"
"Karna aku selamanya akan bersinar terang buat Eomma."ujar Sunyoung sambil tersenyum.
Junghee tak kuasa menahan haru, lalu memeluk putrinya dengan erat.
"Uri Luna.....Eomma haengbokhae....Gomapta" bisiknya.

*******Part Preview end.....*******

Senin, 02 Mei 2011

110501 [ENG][April2011] Sungmin’s Article in Cool Magazine

“As compared to the others, the Sungmin off stage is very low-profile, no matter how chaotic others’ world is, he is surrounded with quiet. It is not that he does not like liveliness, but that he cannot grasp his place in such a place. People who love him mostly do so because of his cute smile, his bunny teeth, his curved brows when he smiles. To him now, all those “sweet danhobak” memories, have become a burden to his development. He is a really a man! He is really a passionate youth! Watch how Lee Sungmin put up a break-through show.”
How this article actually came about was because during the previous Cool Magazine interview with SJ-M, Sungmin complained about his position in the group - “I am actually exhausted with all the tolerating” As Sungmin is a very likable person off-camera, Cool decided to help Sungmin with his wish of breaking out of his gentle image which he had for so long.

A member like Sungmin, should have been the trump card of the group. I’d occasionally call him the “Firefighter”. When Donghae is not around, he can fill in his spot as one of the lead dancers, if Ryeowook is absent, he can also fill in the role of a lead singer. He can play the guitar occasionally while he sings. When he has the mood, he will perform a magic trick or two to entertain everyone. Of course, there is also that “hat dance” which shouldn’t go to waste. In Sungmin’s world, there isn’t anything that he specializes in but yet he can master everything. To date, he had tried acting and musicals while still juggling his usual workload and Sungmin’s overall abilities have increased a notch. It seems that Sungmin isn’t too suitable for joining SJ-M as compared to him the other members who already have some basic mandarin foundation, furthermore, his forte is Japanese which is why his first Solo performance is given to the Japanese. Due to this language barrier, there are times when Sungmin’s talents cannot be shown, the time taken to translate also makes if difficult for him to cope, just when he had came up with a reply for one question, the next question would be asked and he wouldn’t have the chance to express himself. Even Eunhyuk whose hosting skills are really good can’t manage to say much, much less Sungmin. But this difficulties didn’t stop Sungmin’s determination to nail mandarin. Of course, we should also believe in his passion towards learning and perhaps soon, “mandarin leader“‘s position would change people. (laughs)

On Sungmin you can find unlimited potentials. He is someone who is able to bring you new surprises when you least expect it, but people would tend to forget the work put in behind these surprises. It seems that as long as there is something that artistes can do, Sungmin would be able to master it however, this child just doesn’t know how to do self-promotion. You can see that Sungmin is very ambitious when it comes to his career. However, sometimes it may seem like he tries too hard due to his impatience. But like how every talented person has to go through difficulties before becoming a true talent, Sungmin too is searching for a path that is suitable for him.
“I alwys believe that I am a diamond in the rough”. Maybe as his many skills have matured to a certain level when it explodes, you would be able to see that this shy boy have become a new generation god, such that even looking up at him would hurt your eyes.





Lee Sungmin is an artist who goes by rules, singing by the rules, dancing by the rules, acting by the rules, all his achievements now are all thanks to his own hardwork. The gentle-looking Sungmin is unexpectedly stubborn on some things,for example, in order to perfect his dance routines, Sungmin will stay behind after their group practice and practise on his own in the studio. Everyone has their “beginner’s heart’ , but keeping it is another story. Especially in this field, where it’s full of temptations, and everyone is trying to climb to the top, hardwork alone is not enough. But Sungmin is making himself suited in this environment, not that he’s pleased with his current condition, obviously he want to achieve more, at the same time, not forgetting all those who made him who he is today. Those who visits Sungmin’s CY would know, this kid has a habit that deemed “arrogant” in an outsider’s eye, that is taking photos’ of his fans’ gifts and putting them up in his CY. To those who don’t understand, they will probably think: “Is he trying to boast about his popularity?”, but those who do will know that this is full of his gratitude toward his fans. To the fans, Sungmin is never stingy about nice and cheesy things to say, and a large part of his CY is also dedicate to thank his fans for all those little thing they have done for him, it’s almost like his main aim for having a CY account.

Living on this earth, Sungmin has his own set of rule for all his doings. His attitude in treating others, attitude at work, even those tiny habits in life, he will follow his own habits and organize everything properly. Such an organized person let the people around him feel at ease, he lives in the square that he has set for himself, never letting his emotions going out of the limit. Maybe easy-going people like Kangin will never understand how these patterns bring Sungmin a sense of security, but like what Ryeowook said, the moment Sungmin sat down, the world seems to calm. Sungmin’s world will not be easily disrupted by others, he will also not try to influence others. Normally, he will set a aim for his actions, and then he will out in his all achieving it. In his mind, achieving his goal would be the best way to prove himself, thus, during the due course, he does not need any opinions, that is also why Sungmin is able to bring you many unexpected surprises, because while he’s preparing these surprises for you, you are unaware of it. To put it in other words, it doesn’t matter to him if you knew.


Lee Sungmin does not hide his hopes and aspirations for himself, so you would be able to see him blossom at many places, leaving his own mark. Usually, when he gets interested in something or some mission,  his eyes would exude a certain kind of Charisma, making it difficult not to notice him. Sungmin would often discover his own flaws and later work hard to overcome them. You can say that he is the member who perseveres. He used to admit that his dancing wasn’t good but during their 3rd comeback, his Solo Hat-dance caused many jaws to drop. He wants to try acting, so he worked on President, and received the acknowledgement of his seniors.  There was a time when he was passionate with learning musical instruments, so be it the harmonica or the guitar, he can play them well. Recently, Heechul had been promoting Sungmin, and kept saying that he is a “Chick which brokes through the eggshell”. Maybe he too saw Sungmin’s strengths starting to slowly emerging.
President’s poor viewership might cause the sponsors and producers to suffer for a period of time.  For a show which casted an idol so that its political storyline does not seem so boring, Sungmin’s performance is the thing that shines amongst the other flops. There was even news discribing him as “an idol which was wasted” to address that Sungmin’s parts in the show were not as many as expected. However, to Sungmin, viewership ratings and his trails are a different matter. Of course it is good to have high viewer ratings but for an acting newbie like Sungmin, starting off with excellent critiques might become a burden to him. “More and more idols are starting to go into the acting business, they have all made sufficient preparations and practice, many of them already have the talent for acting.But I do not wish to compare myself with them, as in ultimately, I am still a newbie and still have many flaws, but I will work hard to improve”.
If asked if he had other ambitions other than for his career, the answer would definitely be— how to get others to feel that I am a real man. This is something that it commonly seen as artistes would put in alot of effort to train their muscles, tan their skin to a bronze colour or act sexy for the screen just to tell the world that they are men not boys. Sungmin is burdened by his fixed cute image. If it wasn’t for his initial little animal-like look, maybe Fans would not link him with the word “cute”. If you want muscles, look at Kangin, if you want prettiness, look at Heechul, if you want cute, look at Sungmin…. this is their early image, and sungmin wasn’t too against this. Just look at his interests and you can see that Sungmin isn’t too keen on all the aegyo and acting cute, but he is interested in martial arts. Being a grown man of 20+ , as he had accepted his given image in the beginning, he can only be troubled by it now. He had trained his muscles and corrected his bunny teeth, he does exude masculinity but occasionally his smile still looks cute. So the journey is still long, Lee Sungmin ssi’s road to change continues.




Sungmin is definitely the best ‘Firefighter’ is Super Junior, with the title “Wherever there’s the need, I will be there”, we should really give him some credits. Putting his whole heart and mind, always cooperating with the group’s activities, he is said to be the most diligent member. With this kind of member around, it must be such great comfort to leader Leeteuk (as compared to another ‘elder’ member, Sungmin has so much less to be worried about…). Comparing to those members who are often absent from the group’s activity, Sungmin is rarely absent, but there are times where you suddenly spot him covering for other member’s place, these occasions are more than often. It not that Sungmin is free, the opposite, Sungmin’s own schedule leaves him breathless. However, these sudden additional schedules are much more than others, and there is only one reason - Only Sungmin on the job can put people’s mind at ease. For example, when a member of the Teuk Academy could not be present, Sungmin will transform into a gag cameo; when one of the DJs couldn’t make it, Sungmin and his sweet voice will bring the listeners on a special journey. Besides all this activities, tv dramas, musicals, overseas developments have all became his main focus, and the always hardworking Sungmin of course will not let these opportunities pass him by. Thus, SJ’s model member has got to be no other than Sungmin!

[CR: Cool Magazine, 莫小莫_爱小香花 l TRANS: paperheartsMIN and FayeriELF]

*take out in full with credits!* via Raichanxd

Senin, 25 April 2011

Actived Twitter of SupeR JunioR

Hehe...Saking kurang kerjaannya....Nelusurin Twitter Member SuJu...
Leeteuk
@special1004 : Joined: Sun 25 Apr 2010 05:24
@Heedictator : Joined: Wed 21 Apr 2010 19:28
@shfly3424 : Joined: Mon 07 Jun 2010 04:50
@ShinsFriends : Joined: Tue 29 Dec 2009 18:59
@AllRisSilver : Joined: Wed 19 May 2010 07:10
@donghae861015 : Joined: Thu 08 Apr 2010 13:21
@siwon407 : Joined: Tue 23 Mar 2010 09:09
@ryeong9 : Joined: Sun 06 Jun 2010 11:29
@ikmubmik : Joined: Tue 11 Jan 2011 09:28
@GaemGyu : Joined: Wed 21 Apr 2010 15:07
@henrylau89 : Joined: Fri 09 Apr 2010 19:32

Sungmin join twitter 19 April 2010
First tweet :
@bborro0306: Is this how I'm supposed to write it? kkk This is amazing~ Sungmin is entering~

Konfirmasi dr akun @Shinsfriends
Introducing Twitter Friend!!---> @myblacksmile Finally, Super Junior's 3rd member, Sungmin, has started Twitter!! I hope many people will follow him, and since he's new, we should show him the fun of Twitter!! Sungmin!!

Sungmin deactivaed his acc...T__________T in 19 July 2010
His Last tweet :
“Hello, I’m quitting Twitter and this is my last post ^^ heh it has been good fun, and it had lots of use for me. Thank you for being so interested ^^ bye!”