미안하다고
말 하지마 - mianhadago mal hajima
“Yeol Mae, bantu aku mempersiapkan
fashion show kami berikutnya ne?”
“Jae Kyung, kau ini kenapa harus
selalu aku?”
“Yeol Mae...Saat ini kami kekurangan
orang dan kau tahu kami tidak sanggup membayar tambahan pekerja.
Hanya kau sahabatku yang bisa aku repotkan. Ne?”
“Ya! Apa karena aku single tidak
seperti kau dan Ji Hee yang sudah berumahtangga????”
“Yeol Mae-ya.....Jebal....Uhm?”
Seperti biasa akting aegyo dari Jae
Kyung selalu berhasil membuat Yeol Mae menyerah.
Joo Yeol Mae, Seon Jae Kyung dan Woo Ji
Hee adalah tiga sekawan yang sudah berteman semenjak sekolah menengah
atas. Sekarang mereka sama-sama berumur 30th.
Seon Jae Kyung menikah dengan Jung Min
cinta pertamanya semenjak SMA dan sama-sama mereka mengelola
perusahaan mereka di bidang fashion khususnya sepatu.
Woo Ji Hee yang gagal menikah dengan
seorang dokter lalu jatuh cinta kepada teman sekerjanya Kim Tae Woo,
mereka menikah dan sekarang Ji Hee sedang mengandung anak pertama
mereka.
Hanya Yeol Mae saja yang belum menikah.
Dan seperti biasa Yeol Mae tidak bisa
menolak keinginan Jae Kyung, karena pekerjaannya sebagai komposer
sedang tidak begitu sibuk jadi ia bisa membantu Jae Kyung.
“Ya, Joo Yeol Mae kau memang selalu
bisa kuandalkan.” puji Jae Kyung melihat kerja keras Yeol Mae saat
membantunya.
“Mwo? Mwo? Apa yang mau kau suruh
lagi padaku?” seakan tahu maksud Jae Kyung, Yeol Mae hanya bisa
merengutkan wajahnya.
“Kekekeke, kau tahu saja Yeol Mae.
Uhm, tolong aku belikan kopi di kafe terdekat ya. Kalau tidak salah
ada kafe yang juga tidak jauh dari sini dekat studio mu. Namanya
Atwosome coffee shop.”
“Ne, algaesseumnida.”tanpa
membantah iapun menuruti kata-kata Jae Kyung. Karena ia tahu pasti
Jae Kyung akan terus merengek kalau keinginannya tidak dituruti.
Sambil melihat sekeliling jalan
akhirnya ia menemukan coffee shop yang dimaksud Jae Kyung.
Dan benar saja letaknya tidak jauh dari
studio rekaman Yeol Mae.
“Bagaimana Jae Kyung tahu ada coffee
shop di dekat studio milikku?” gumam Yeol Mae.
Suasana kafe yang begitu nyaman membuat
Yeol Mae mengarahkan kedua matanya ke seluruh sudut kafe.
Sampai... “Aduh....” tubuh Yeol Mae
menabrak seseorang. Dan rambutnya hampir tersangkut kemeja orang yang
ditabraknya.
“Jusonghamnida....”ucap orang yang
ditabrak Yeol Mae.
“Ani....Aku yang minta maaf.
Mianheyo.” setelah meminta maaf Yeol Mae pun berlalu untuk memesan
kopi yang dipesan oleh Jae Kyung. Dan kembali ke tempat Jae Kyung.
Dua hari kemudian di Studio Yeol Mae.
Yeol Mae terkenal sebagai seorang
komposer yang disiplin terhadap artis garapannya. Tak jarang penyanyi
yang datang kepadanya harus terus mengulang.
“Aiguuu...Kenapa kalian selalu saja
mengulang kesalahan yang sama. Okay, break time 30menit. Kita ulang
lagi nanti.” ujar Yeol Mae.
Ia pun berlalu meninggalkan studio.
“Aaah, aku belum lapar tapi sudah
waktunya makan siang apa aku ke coffee shop yang itu ya?” gumamnya.
“Ne...Kajjaaaa...”serunya kepada
dirinya sendiri.
“Yogie, aku pesan americano dan apa
kau punya waffle?”tanya Yeol Mae kepada staf coffee shop.
“Jusonghamnida, tapi kami tidak
menyediakan waffle kecuali untuk Breakfast set.”
“Oh...Uhm tapi aku....”
“Ani, kami akan menyediakan pesanan
yang anda minta.” ujar seorang yang terlihat seperti pemilik dari
coffee shop tersebut.
“Jongmal?”tanya Yeol Mae dengan
senyum senang.
“Ye, waffle apa yang anda inginkan.
Ini ada beberapa menu waffle kami.”ujarnya seraya menyodorkan
waffle menu.
Mata Yeol Mae naik turun membaca buku
menu tersebut.
“Uhm, yogie...Uhm....”ujarnya ragu
dan kembali melihat waffle menu.
“Apa diantaranya tidak ada yang
sesuai selera anda?”
“Begini....Uhm aku ingin makan siang
tapi sebenarnya aku tidak begitu lapar. Ottae?”
Pemilik coffee shop itu terlihat
bingung tapi kemudian seperti memikirkan sesuatu.
“Okay....Sepertinya aku punya sesuatu
yang cocok untuk anda. Apa anda menyukai strawberry?”
“Uhm...Nomu choa.”
“Chakamanyo, aku akan segera
menyiapkan pesanan anda. Silakan tunggu.”
“Ne, gomapsseumnida sajangnim.”dengan
tersenyum Yeol Mae pun duduk sambil menunggu.
“Hyung, apa tidak apa-apa seperti
itu?”tanya staf coffee shop.
“Ne, kita harus mementingkan
pelanggan.”
“Tapi wanita itu bukan pelanggan kita
kan hyung?”
“Aish, jincha! Apa yang kau katakan!
Semua yang datang ke coffee shop kita adalah pelanggan. Dan pelanggan
adalah raja.”
“Ne, arasseo hyung.”
Tak berapa lama pesanan Yeol Mae pun
tiba. Ia terlihat bingung dengan waffle yang dibawa oleh pemilik
coffee shop tersebut.
“Yogie...?”
“Creme Brulee Waffle. Anda bilang
ingin makan siang tapi tidak begitu lapar. Nah, ini pilihan tepat.
Cicipilah.”
“Nde...” Yeol Mae mencicipi waffle
tersebut.
“Ottae?”
“Masittaaaa....Nomu nomu
choa.....Gamsahamnida sajangnim.”ujarnya.
Pemilik coffee shop itu tersenyum puas.
“Nikmati makan siang anda.”
“Ne.....”
Pemilik coffee shop itu pun berlalu
meninggalkan meja Yeol Mae.
* Ponsel Yeol Mae berdering *
“Yaaa.. Seon Jae Kyung apa lagi yang
kau inginkan dariku.”
Menyadari suaranya yang agak keras Yeol
Mae pun meminta maaf ke sekeliling terutama sang pemilik coffee shop
yang berdiri di belakangnya dengan ekspresi sedikit terkejut.
Hari minggu yang cerah, tiga sekawan
itu berkumpul di apartemen Yeol Mae.
Mereka menghabiskan waktu bersama
dengan mengobrol sepanjang hari.
“Yeol Mae-ya....Apa kau tidak lelah
sendirian di umurmu sekarang?”tanya Jae Kyung.
“Ne, Yeol Mae. Apa kau tidak
kesepian?” tambah Ji Hee.
“Ani...Nan haengbokae.”jawab Yeol
Mae.
“Keundae.....Nae chingu.....”
sebelum Jae Kyung meneruskan kata-katanya Yeol Mae pun berkata.
“Ya! Seon Jae Kyung! Apa kau berniat
membuatkan aku blind date lagi? Huh?”cecar Yeol Mae.
“Yeol Mae-ya....Pria ini berbeda...”
“Tetap saja, aku Joo Yeol Mae. Mana
ada pria yang tertarik padaku. Aku tidak seperti kalian. Aku tidak
cantik dan menarik. Dan pria akan lelah menghadapi wanita sepertiku.”
“Jebal Yeol Mae....Untuk sekali ini
saja. Paling tidak kalian berkenalan dari sms. Tidak perlu blind date
dulu. Kalau kau tidak mau atau memutuskan untuk menolak pria itu juga
tidak apa-apa paling tidak kalian saling mengenal dahulu. Ne?”
“Mwo? Sms? Yak. Seon Jae Kyung!
Jangan bilang kau sudah memberikan nomorku padanya!”
“Mian....” jawab Jae Kyung seraya
bersembunyi di balik Ji Hee.
“Seon Jae Kyuuuunnnggg...” Yeol Mae
mengambil bantal kecil lalu memukul-mukulkannya ke Jae Kyung. Ji Hee
sibuk meredakan perkelahian kekanakan dari keduanya sampai ponsel
Yeol Mae berdering.
“Cukupppp...Yeol Mae ponsel mu
...”ucap Ji Hee sambil menyerahkan ponsel Yeol Mae.
SMS : “Annyeong, Na.. Jae Kyung
chingu. Uhm, mungkin kau sudah dengar aku dari Jae Kyung atau mungkin
tidak. Kekekekeke....Oh..Namaku Ji Hoon...Mannaseo bangapsseumnida
Yeol Mae ssi”
Tanpa disadari Yeol Mae, Jae Kyung dan
Ji Hee diam-diam membaca sms itu.
“Ya! Kalian mengintip
yaaaaaa....Aish....” buru-buru Yeol Mae menyembunyikan ponselnya.
“Aiguuu....Nae chingu.” reaksi Jae
Kyung saat mengetahui sms Ji Hoon.
“Apa kau tidak mau
membalasnya?”tambah Ji Hee.
“Ani...Wae?”
“Apa kau takut?” ledek Jae Kyung.
“Aniiiiii.... Keurae....Aku akan
membalas sms nya.”
SMS : “Annyeong Ji Hoon ssi, ne aku
sudah mendengar tentangmu dari Jae Kyung. Na tto bangapsseumnida.”
“Aiguuuuu... Uri Yeol Mae...” ledek
Jae Kyung dan Ji Hee bersamaan.
“Cukup....Kalian ini. Ya..Seon Jae
Kyung sebenarnya ia siapa?”
“Nama nya Shin Ji Hoon, aku
mengenalnya dari Jung Min. Karena aku sering bergabung dengan
teman-teman Jung Min maka dari itu aku juga lumayan dekat dengan Ji
Hoon. Ia pria yang baik.”
“Jongmalyo?” tanya Yeol Mae.
“Uhm...” balas Jae Kyung dengan
yakin.
Malam itu setelah Jae Kyung dan Ji Hee
pergi, ia masih menerima beberapa sms dari Ji Hoon.
Yeol Mae menanggapinya dengan tenang.
“Uhm, mungkin pria ini memang pria
yang baik. Dia teman Jung Min berarti setahun lebih tua dariku.”
gumam Yeol Mae sambil menatapi ponselnya.
Percakapan mereka lewat sms pun
berlanjut.
Sudah genap dua minggu percakapan sms
tersebut terjadi. Saat ini Yeol Mae sedang disibukan oleh
pekerjaannya. Ia sedang mengkomposeri sebuah soundtrack film.
Ia bekerja siang dan malam, tanpa ia
sadari sms dari Ji Hoon pun ia acuhkan.
Suatu malam Yeol Mae melihat lima
panggilan tak terjawab dari Shin Ji Hoon.
“Igeo mwoya? Kenapa banyak sekali
panggilan tak terjawab darinya? Aneh biasanya ia hanya melakukan
percakapan sms denganku.” gumam Yeol Mae.
“Yeol Mae ssi kita masih harus
mengedit bagian chorusnya.”seorang staf dari bagian recording
membuyarkan lamunannya.
“Ne, algaesseumnida.”
Rasa penasaran Yeol Mae pun terlupakan.
Akhirnya pekerjaan Yeol Mae selesai.
“Aaaahhhh....Punggungku rasanya sakit
sekali. Sudah jam berapa ini? Sudah berapa lama aku di studio? Ah,
benar sudah tiga hari sejak dateline.”
Iapun pergi membasuh wajah dan ia
merasa sangat lapar.
“Ne, tentu saja aku lapar. Sudah tiga
hari aku tidak keluar. Waffle time!”
Ia bergegas ke coffee shop dekat studio
miliknya.
“Jogiyo, apa aku masih bisa memesan
menu waffle?”tanya Yeol Mae ke staf coffee shop.
“Ah ye, nona sangat menyukai waffle
ya. Apa anda mau Creme Brulee Waffle?”
“Ani....Aku sangat sangat sangat
lapar apa kau punya menu waffle yang bisa membuatku kenyang?
Hehehe...”
“Tentu saja ada....” tiba-tiba si
pemilik coffee shop datang.
“Ah sajangnim...”
“Ne, jika kau mau menunggu sejenak,
aku akan membuatkan waffle yang akan membuatmu kenyang.”
“Tapi hyung tanganmu kan belum sembuh
benar.”
Yeol Mae yang mendengar hal itu refleks
melihat ke arah tangan pemilik kafe tersebut yang memakai perban di
tangan kanannya.
“Apa kau cidera?” tanya Yeol Mae
khawatir.
“Gwenchana, hanya cidera kecil. Nah
kau tunggu sedikit agak lama. Aku akan segera membawakan waffle
untukmu. Ne?”
“Uhm.” Yeol Mae menuruti kata-kata
pemilik coffee shop tersebut.
Setelah agak lama menunggu tiba-tiba ia
teringat dengan Shin Ji Hoon. Malam kemarin ia mendapati banyak
panggilan tak terjawab dari Ji Hoon.
“Aku harus meneleponnya.” gumam
Yeol Mae.
Awalnya saat Yeol Mae meneleponnya sama
sekali tidak diangkat dan kemudian samar-samar ia mendengar sebuah
nada dering bersamaan dengan datangnya sang pemilik coffee shop yang
sedang membawa pesanannya.
Mata mereka saling menatap.
Sepertinya yang mereka pikirkan sama.
Setelah meletakan nampan di meja. Pemilik coffee shop mengangkat
ponsel miliknya dan berkata “Ne, Yeol Mae ssi aku adalah Shin Ji
Hoon.”
Saking terkejutnya Yeol Mae hampir
terjatuh dari bangku tempatnya duduk
Dengan sigap Ji Hoon menarik pinggang
Yeol Mae dengan tangan kanannya, tanpa sadar tangannya tersebut
sedang cidera.