Sabtu, 15 Oktober 2011

When Life Showing it Love [Blue Bird Necklace]

Deep inside my heart
My breath like a white bird
Becomes weary from yearning
Even if I throw up blue tears
I can’t grab the white moon
From the far sky
I can only look
I am missing you

Luna menatap lirih langit yang berhiaskan bulan purnama dari jendela kamarnya. Ia kini merasa rindu yang sangat kepada Po oppa.
Senyum yang hangat itu, apa bisa ia lihat lagi. Banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.
Ia bahkan berharap Minho sunbaelah Po oppa.
Dalam lamunannya ia pun terlelap.

Keesokan harinya pagi sekali ia telah sampai di sekolah. Ia sengaja mengambil jalan melewati rumah kaca. Mencoba membuka ruangan yang penuh dengan tanaman itu dengan perlahan.
Ia sadar tidak mungkin ada orang yang datang sepagi itu. Nafas panjang ia hembuskan. Melepas semua sesak yang ada di dadanya. Dengan lemah ia berbalik hendak meninggalkan ruangan itu.
"Annyeong." sapa seseorang di hadapannya. Membuat mata Luna terbelalak.
"Minho sunbae...."jawab Luna tapi matanya tertuju ke sebuah tanaman pot dengan daun hijau dan daun merah di tengahnya yang berwarna merah.
"Itu....Poinsettia...." ujar Luna.
"Ne, kau tahu Poinsettia juga? Ini bungan kelahiranku lho." ucap Minho sambil tersenyum.
Tiba-tiba Luna terdiam dalam benaknya hanya ada dua kata " Po Oppa"

"Ne, apa yang kau lakukan disini sepagi ini?" ucap Minho membuyarkan lamunan Luna.
"Eh?"
"Hehe, apa yang kau lakukan disini?"
"Aku....Aku...."jawab Luna gugup.
"Kalau kau tidak keberatan maukah kau membantuku? Sepertinya aku sendirian akan kelelahan mengurus semua tanaman disini."
"Eh?"
"Kau ini memang hobi membuat orang mengatakan sesuatu untuk yang kedua kali ya. Hehe."
Mendengar kata-kata yang sama dengan Po oppa membuat Luna tiba-tiba menitihkan air mata.
"Kau menangis?"tanya Minho Khawatir.
"Aniyooo.."elak Luna.
"Masih saja berbohong, hehe. Kau benar-benar mengingatkanku pada seorang gadis kecil di masa laluku. Matamu benar-benar sama dengannya."

Benarkah ia Po oppa? Pikir Luna.

"Ini...."ujar Minho seraya memberikan sebuah saputangan untuk menyeka airmatanya. Namun entah mengapa Luna tiba-tiba memeluk Minho dengan erat.
"Bogo shipo" ucap Luna dalam hati.
Minho tersenyum melihat Luna yang seperti anak kecil memeluk erat tubuhnya.
Luna melepaskan pelukannya dengan perlahan seraya berucap "Gomawo" tanpa bicara Minho membalasnya dengan senyuman, senyuman terhangat yang pernah Luna lihat.
Beberapa waktu kemudian mereka berdua selalu berjanji untuk bertemu di ruang kaca tersebut setiap paginya.

Pagi hari yang lain.
"Luna!" panggil Sulli yang melihat Luna bergegas ke ruang kaca.
"Ne?" balas Luna.
"Setiap pagi kau selalu bergegas pergi ke suatu tempat kalau kuperhatikan."
Tanpa menjawab pertanyaan Sulli, Luna meninggalkannya seraya melambaikan tangannya dengan tersenyum ke arah Sulli. Meninggalkan Sulli yang semakin penasaran.

"Aigo, semalam aku belajar hingga larut sampai-sampai aku kesiangan." gumam Luna.

Plak..... Langkah Luna terhenti saat tangan seorang yeoja mendarat di pipinya.
Merasakan sakit di pipinya ia pun menyentuh pipinya dan melihat seseorang di hadapannya.
"Apa yang kau lakukan!" bentak Luna.
"Dasar kau ini tidak sadar juga, kau jangan mengganggu Minho oppa! Arasseo!" ujar yeoja itu.
"Lee Seung Young!" panggil Minho.
"Oppa......" rengek Seung Young.
"Hentikan Seung Youngie."
Mendengar ucapan Minho membuat Seung Young bertambah kesal. Iapun berlari meninggalkan mereka.

Minho mendekat ke arah Luna "Gwenchana?"
Luna pun menggeleng, tangan Minho meraih tangan Luna dan membawanya ke ruangan Kesehatan.
Di ruangan itu Minho dengan lembut mengobati luka di ujung bibir Luna dan menempelkan plester.
"Nah, selesai." ucap Minho dan mengembangkan senyumnya.
"Gomawo sunbae."
"Seung Youngie dia...." ucap Minho
"Ne?"
"Kuharap kau tidak membencinya, ia sebenarnya gadis yang baik."
"Uhm." angguk Luna.

Sore hari itu Lee Seung Young sangat kesal mengingat kejadian pagi tadi setelah ia menampar Luna.
"Urgh! Aku benci kau!!!" Seung Young melampiaskan kekesalannya pada bantalnya dengan memukulnya sekuat tenaga.
"Aigo ttal, pulang-pulang malah marah-marah sendiri." ujar Seung Young Eomma yang datang menghampiri kamar Seung Young.
"Eommaaaa.... Biarkan aku sendiri...."rengek Seung Young.
"Lee Seung Young! Kenapa kau bicara kasar pada Eomma!" bentak seorang namja yang tiba-tiba datang ke kamar Seung Young.
"Oppaaaa.....Kapan kau pulang...." Seung Young seperti anak kecil berlari memeluk oppanya.
"Lepaskan oppa, sekarang minta maaf pada Eomma. Palli!" ujarnya seraya melepaskan rangkulan tangan Seung Young dari tubuhnya.
"Jinki-ya, adeul kau seperti tidak tahu kelakuan dongsaengmu saja."
"Eomma, dia sudah SMA sekarang sudah bukan anak-anak lagi. Seung Young minta maaf pada Eomma."
"Ne, Arasseoyo Jinki Oppa..... Mianhata Eomma...." ucap Seung Young, menyesal.
"Gwenchana. Adeul kau baru saja pulang biar Eomma siapkan makan malam ya. Kau mau makan apa?"
"Apa saja yang Eomma masak akan aku makan. Gomawo Eomma."
Sang Eomma pun pergi meninggalkan kedua anaknya.

"Oppa, kenapa kau jahat sekali padaku. Hiks."
"Aish jincha, kau ini sejak kapan oppa mengajarkanmu menjadi cengeng seperti ini. Coba lihat yang oppa bawa untukmu." ia mengeluarkan seuntai kalung berliontin seekor burung biru yang mengepakan sayapnya.



"Oppa, ini untukku?" dibalas anggukan oleh Jinki.
"Gomawo oppa....Nomu nomu choa." iapun langsung memakainya. Belaian lembut tangan Jinki di kepalanya membuat ia tersenyum.

Keesokan paginya.
"Oppa, apa kau akan langsung meneruskan sekolah disini? Apa kau akan menetap bersama aku dan Eomma?"
"Uhm." jawab Jinki singkat.
"Jongmal? Selama oppa di Amerika aku masih menjaga kamar oppa sama seperti saat oppa pergi. Tapi Eomma hampir saja membuat kamar oppa menjadi gudang. Huh!" keluh Seung Young.
"Haha, benarkah? Gwenchana lagipula memang oppa tidak memakainya. Kau ini masih saja bersiteru dengan Eomma, kalau Appa tahu ia pasti sedih."
"Appa.... Kapan Appa pulang bersama kita lagi?"
"Sepertinya masih agak lama karena bisnis Appa di Amerika masih membutuhkan Appa disana."
"Oppa...Tentang pertanyaanku tadi, apa oppa akan meneruskan sekolah disini?"
"Ne, karena sekolah oppa disana sudah selesai. Tapi oppa mau beristirahat sejenak. Kau tahu sekolah disana benar-benar melelahkan." ujar Jinki seraya menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk merelaksasi otot-otot di lehernya yang lelah.

Seung Young berjalan menuju Jinki dan memijat kedua bahu Jinki.
"Gomawo dongsaeng." ujar Jinki. Senyum bangga terkembang di wajah Seung Young.
"Oppa, antar aku ke sekolah ya."
"Ne."

Pagi itu seperti biasa Luna dan Minho menghabiskan pagi mereka bersama di ruang kaca merawat tanaman-tanaman yang ada didalamnya.
"Luna ssi...."panggil Minho.
"Ne sunbae."
"Ulurkan tanganmu." saat Luna mengulurkan kedua tangannya, Minho memberikan sesuatu.
Saat membukanya Luna sangat terkejut. "Untukku?" tanyanya tidak percaya dijawab dengan anggukan oleh Minho. Luna tersenyum seperti gadis kecil.

Di lain tempat di kelas Seung Young.
"Seung Young kalungmu bagus sekali." ucap Soojung sahabatnya.
"Ne, uri oppa yang memberikannya." balasnya bangga.
"Cocok untukmu."
"Gomawo, ah aku ke toilet dulu ya sebentar."

Di toilet.
Seung Young bercermin melihat ke arah kalung yang ada di lehernya.
"Em, cantik sekali." ujar ahjumma yang sedang membersihkan toilet sebelum bergegas keluar setelah selesai membersihkan toilet.
"Gomawo ahjumeonim." balas Seung Young. Dan saat berbalik ia tidak sengaja bertabrakan dengan Luna yang baru saja keluar dari toilet.
"Aish jincha." ujar Seung young kesal.
Tapi Luna bertahan dan tidak mengatakan apa-apa.
"Minggir!" dan Luna pun menyingkir.

Dua jam kemudian pelajaran olahraga. Kelas Seung Young dan Luna kebetulan bersamaan karena mereka mendapat pelajaran out door. Mereka bermain touch ball.
Saat mereka bermain touch ball Seung Young dan Luna berada di kelompok yang berlawanan.
Seung Young mengambil kesempatan itu untuk menyerang Luna.

Usai pelajaran olahraga para siswa dan siswi berganti pakaian di tempat masing-masing.
Luna terlihat lebih dulu selesai berganti pakaian. Tapi Seung Young seperti mencari-cari sesuatu.
"Kalungku, eodi???" ucapnya cemas.
"Kalung birumu itu?"tanya Soojung.
"Ne, dimana. Aku tidak boleh menghilangkannya. Eotteokae..."
Karena kurang hati-hati Luna menjatuhkan sesuatu dari saku jasnya.
"Seung Young itu bukannya kalungmu?" Soojung mengarahkan jarinya ke benda yang dijatuhkan Luna.
"Ne itu kalungku! Ya! Kau mencurinya dariku!" bentak Seung Young.

Karena keributan tersebut Luna dan Seung Young dipanggil ke ruang guru.
Wali kelas Luna Kim Young Duk yang menengahi antara mereka berdua.
"Luna, apa benar kau tidak mencurinya?"tanya Youngduk.
"Buat apa bertanya lagi songsaengnim. Jelas ia yang mencuri kalungku!" ujar Seung Young ketus.
"Lee Seung Young!" panggil seorang pria.
"Jinki Oppa....Bagaimana oppa bisa kesini?"tanya Seung Young kaget.
Luna hanya menunduk tidak mengatakan apa-apa.
"Tadi saat oppa menunggumu di gerbang sekolah, temanmu Soojung bilang kalau kau disini."jawab Jinki.
"Kau ini siapa?"tanya Youngduk.
"Aku kakak dari Lee Seung Young, namaku Lee Jinki. Songsaengnim. Apa yang terjadi dengan dongsaengku?"
"Dia mengambil kalungku!" tuduh Seung Young.
"Benarkah itu Luna?" tanya Youngduk tapi tetap sama saja Luna sama sekali tidak menjawab.
Jinki melirik ke arah Luna.

"Seung Youngie, kau salah itu kalung yang aku berikan!" ujar Minho yang baru datang dengan tergesa-gesa.
"Mwora? Oppa bohong! Mana mungkin itu kalung yang sama!"ketus Seung Young.
"Minho, kau memberikan kalung itu?"tanya Jinki heran.
"Hyung, kau juga memberikan kalung itu kepada Seung Young?"
Kata-kata Jinki dan Minho membuat Seung Young bingung.
"Ya! Jinki Oppa...Minho oppa! Apa yang kalian bicarakan?"
"Seung Youngie itu sepertinya bukan kalungmu. Benar kata Minho."
"Mwo? Jadi oppa pikir aku berbohong?" lirih Seung Young.
"Kapan terakhir kali kau memakai kalungmu?"tanya Youngduk.
"Di toilet." jawab Seung Young.

Setelah mereka semua tiba di toilet yang dimaksud Seung Young, mereka bertemu dengan ahjumma yang biasa membersihkan toilet, ia mengatakan menemukan sebuah kalung. Dan kalung itu milik Seung Young.
"Seung Youngie minta maaf kepada Luna."pinta Minho.
"Mianhe." ucapnya pelan. Luna lalu meninggalkan mereka semua tanpa sepatah katapun.
Minho berusaha mengejarnya.

"Seung Young masalah sudah selesai sekarang, lain kali berhati-hatilah menjaga barang-barangmu. Aku pergi dulu." ujar Youngduk.
"Nde songsaengnim." jawab Seung Young.
Jinki masih saja menatap ke arah Luna pergi. Entah mengapa keberadaan Luna sangat mengganggu pikirannya.
"Oppa, ayo kita pulang." kata-kata Seung Young membuyarkan lamunan Jinki.
"Ne, kajja."

End Part When Life Showing it Love [Blue Bird Necklace]