Kamis, 19 Januari 2012

Hard Way II

Honesty, I don't even know since when this feeling comeback again.
I tried so hard to let this feeling go away.
First I thought that leaving far away from you is the cure.
But it's not as simple as I thought.

Berjalan dengan sedikit tenaga yang tersisa, hari itu Junghee memaksakan dirinya untuk datang demi pekerjaannya. Sudah sebulan ia bekerja sebagai staff RS Ansang.
Daniel yang membantunya mendapatkan pekerjaan itu. Entah sudah keberapa kalinya ia menyusahkan Daniel tapi sedikit banyak ia merasa lega masih ada sahabat seperti Daniel yang berada di sisinya.
“Junghee!”
“Waeyo?”
“Aku bertemu Sungmin kemarin dan aku tidak sengaja menyebut namamu saat aku tahu ia berhubungan dengan Shi Yeon seperti yang Junghoon katakan padaku.”
“Mwoya? Kau memberitahukan keberadaanku?”
“Aniyo, aku sama sekali tidak memberitahukan dimana kau sekarang. Tapi apa kau tidak marah atau kesal karena Shi Yeon?”
“Nan arayo, Shi Yeon adalah temanmu saat di Amerika kan? Sepertinya ia gadis yang baik.”

“Kau bahkan tahu tapi tetap bersikap seperti tidak terjadi apa-apa?”
“Daniel, aku dan dia sudah tidak ada hubungan apa-apa dan akulah yang memutuskan itu.”
“Kau yang memutuskannya tapi hatimu tidak. Benarkan?”
Junghee tertunduk, disisipkannya rambut panjangnya yang berurai di belakang telinganya.

“Daniel aku hanya memintamu untuk melihat keadaan Junghoon oppa bukan mencaritahu tentang dia.”
“Kau ini…Bahkan untuk menyebut nama Sungmin saja kau tidak mampu, dan kau masih bilang kau sudah melupakannya?”

Bagaimana mungkin aku bisa begitu mudah melupakannya, setelah 3 tahun kami bersama. Dan ia adalah salah satu idol yang dikenal di Korea maupun di luar Korea.

Flash back

Saat itu Sungmin dan member Super Junior yang lain sedang sibuk mempersiapkan comeback mereka dengan album baru mereka Bonamana.
“Sungmin-ah, semangat sekali kau.”
“Ya Leeteuk hyung aku memang semangat setiap kali latihan.”
“Kau berbeda.”tambah Shindong.
“Kau juga kenapa bisa bilang seperti seperti Leeteuk hyung?”
“Biasanya kau memang semangat tapi wajahmu selalu serius, tapi sekarang senyum selalu mengembang di wajahmu.”
“Yayaya…Shindong, itu juga yang mau aku katakan tentang Sungmin.” Leeteuk mengiyakan kata-kata Shindong.
“Aish, kalian ini. Oh ya aku ada janji dengan keluargaku. Aku pergi dulu ya. Annyeong.” Seru Sungmin seraya melambaikan tangannya dan meninggalkan mereka.

“Benar saja, mereka memang paling mengerti aku. Ah, mudah-mudahan aku tidak telat.”gumam Sungmin.
Tanpa sadar ia melintasi Junghoon “Ya! Sungmin-ah….”tapi Sungmin tidak mendengar panggilan itu.
“Junghoonie….”
Junghoon pun menoleh ke asal suara itu. “Inhwan hyung, waeyo?”
“Untuk schedule latihan Hong Gil Dong ada perubahan dan dimajukan menjadi hari ini karena pementasan juga mengalami perubahan jadwal menjadi besok.”
“Hong Gil Dong? Untuk Sungmin?”
“Ne.”
“Keundae, Sungmin baru saja keluar.”
“Lebih baik kau susul dia. Nanti malam ia harus tiba jam 8 jangan sampai telat.”
“Ne algaesseumnida hyung.”

Diambilnya ponsel dan menekan nomor ponsel Sungmin, lama tidak ada yang menjawabnya akhirnya ada yang menjawabnya. “Yeoboseyo hyung.”
“Eh? Nugu? Ini ponsel Sungmin kan?”
“Ne Junghoon hyung, ini aku Leeteuk. Ia sepertinya ketinggalan ponselnya.”
“Arasseo, gomawo.” Ia menutup ponselnya.
Ia mengambil langkah cepat, berusaha mengejar Sungmin.

Dengan langkah cepat ia berhasil melihat mobil Sungmin baru saja keluar dari tempat parkir dari kejauhan. Ia pun menyusulnya dengan cepat.
Mobil Junghoon berusaha mengikuti mobil Sungmin.
Sampai akhirnya berhentilah mereka pada suatu tempat, di pinggir sungai Han.
Bergegaslah Junghoon menghampiri Sungmin sekaligus bertanya-tanya dalam hati sedang apa Sungmin di tempat seperti ini.
Terlihat Sungmin melambaikan tangan kearah seorang gadis yang duduk di sebuah bangku panjang di tepi sungai Han.
“Junghee!”
Sontak Sungmin dan Junghee kaget melihat kea rah Junghoon yang berada tepat di belakang mereka.
“Hyung” “Oppa” kata mereka bersamaan.

Tanpa diketahui orang lain, Sungmin mulai tertarik kepada Junghee saat mereka bertemu di kediaman Junghoon. Secara diam-diam mereka berkomunikasi dan menjalin hubungan selama 3 tahun.

Junghoon merasa terhianati, namun ia takut hal-hal yang buruk terjadi karena hubungan mereka berdua. Ancaman dari Fans dan peraturan dari management yang melarang jalinan kasih mereka. Lalu Junghoon mengambil sikap tegas untuk memisahkan mereka. Ia tahu jika ia yang membuat mereka berpisah pasti sifat Sungmin yang pantang menyerah akan menyulitkan.
Dan ia berbicara empat mata dengan Junghee, walau berat ia meminta Junghee untuk memutuskannya lebih dulu.
Junghee yang merasa berhutang kepada keluarga Junghoon yang telah membesarkannya sejak kecilpun akhirnya mengiyakan permintaan Junghoon.

Saat itu Junghoon tidak mengira perasaan Junghee terhadap Sungmin sudah sangat dalam. Junghee tidak hanya memutuskan hubungannya tetapi juga memutuskan untuk pergi meninggalkan keluarga Junghoon, karena ia tahu Sungmin bukan orang yang begitu saja menerima keputusannya.

Ia mengira menjauh dari semuanya dan melupakan semua yang terjadi itu mudah, ternyata tak semudah itu. Junghee jatuh sakit saat pelariannya, itu mungkin disebabkan juga oleh kerasnya hidup seorang diri, ia bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya seorang diri namun perasaannya yang sakit membuat fisiknya melemah.
Sampai suatu ketika ia pun ambruk dan dirawat di RS Ansang dan bertemu kembali dengan Daniel yang menjadi dokter di RS Ansang.

End Flash Back

“Apa mungkin Junghee masih ada disini?” gumam Sungmin seraya menengadahkan kepalanya melihat kearah RS Ansang.
Dikenakannya pakaian yang tidak mencolok dengan kacamata dan masker.
Ia menyadari jika penampilannya pasti cepat atau lambat akan dikenali jadi ia berjalan cepat menuju resepsionis.
“Sillyehamnida, apa disini ada pasien yang bernama Kim Junghee?”
“Kim Junghee? Mohon ditunggu sebentar.” Resepsionis mengeceknya di computer.
“Jusonghamnida, tapi tidak ada pasien bernama Kim Junghee disini.”
“Oh, kamsahamnida.” Dengan wajah kecewa iapun pergi meninggalkan meja resepsionis.
Ia sadar kemungkinan kecil Junghee masih dirawat disini.

“Perawat Junghee! Palli-yoo!”panggil seseorang yang membuat Sungmin tersontak kaget.
Tak berapa lama muncul seorang perawat melintasinya. Membuat mata sungmin terbelalak tak percaya dengan sosok yang baru saja dilihatnya.
Tanpa pikir panjang ia berlari dan berhasil menggapai tangan perawat itu.
“Junghee?”
Junghee merasa tidak asing dengan genggaman tangan itu.
“Kau…..” belum sempat Junghee meneruskan kata-katanya. Daniel datang dan membawa mereka berdua ke ruangannya.

Setibanya di ruangan itu, Sungmin yang melepas kacamata dan maskernya hanya terdiam menatap Junghee di hadapannya, begitu pula Junghee.
Tanpa sepatah kata Daniel pergi dari ruangannya dan hanya ada mereka berdua di ruangan itu.

Cukup lama mereka terdiam, sampai Sungmin membuka suara “Bagaimana kabarmu?”
“Ne? Oh, kabarku baik. Kau?” dibalas dengan anggukan oleh Sungmin dan merekapun kembali terdiam.
“Aish jincha!” teriak Sungmin lalu ditariknya tangan Junghee hingga jatuh tubuh gadis itu dipelukannya dengan erat.
“Bogo shipo.”bisiknya lembut.
Tangan Junghee berusaha untuk membalas pelukan itu namun air mata lebih dulu jatuh membasahi pipinya. Tak lama Sungmin melepaskan pelukannya.
Mereka duduk di sofa dengan menghadap satu sama lain.
Diusapnya pipi Junghee yang basah dengan air mata.
“Aku….”isak Junghee dan terpaku hanya dengan satu kata itu saja.
“Junghee-ya, aku mengerti. Aku mengerti mengapa kau meninggalkanku.”
“Aku….Kurasa aku telah mendapatkan hukuman karena telah memutuskanmu secara sepihak.”
“Wae?”
“Selama itu pula aku tersiksa karena aku sama sekali tidak bias melupakanmu, seperti mau mati saja setiap hari yang aku lalui.” Mendengar hal itu, Sungmin kembali memeluk Junghee.
“Na tto.” Isak tangis Junghee berubah menjadi senyum saat berada di pelukannya.

“Sungmin ssi…”panggil Shi Yeon yang sudah berdiri di pintu ruangan itu.
“Mianhe, aku tidak bisa menahannya untuk tetap masuk.”jelas Daniel.
“Gwenchana Daniel ssi.”jawab Sungmin.
Shi Yeon berjalan kearah Sungmin dan memeluknya erat. Tak lama ia melepasnya lalu PLAK.
Tamparan mendarat di pipi Sungmin membuat Junghee dan Daniel kaget.
Saat Daniel berusaha mendekat, Sungmin mengisyaratkan untuk tetap di tempat.

“Tamparan itu bukan karena aku marah kau mencampakan aku tapi aku marah karena kau perlu waktu lama untuk menemukan wanita yang kau cintai!”
Sontak perkataan Shi Yeon membuat bingung seisi ruangan itu.
“Junghee ssi, I believe the hard way that both of you choose is really make me crazy. How can both of you hold your love and not even see for another love? But I think I admit that I’m lost.”
“Shi Yeon ssi.”panggil Daniel.
“Gwenchana, dengar aku Lee Sungmin. Aku adalah wanita kedua setelah Junghee yang memutuskanmu. Ingat itu, araseo?”
“Ne araseo. Gomawo Shi Yeonie.”

Satu bulan berlalu sejak peristiwa itu.

Sungmin dan Junghee memang tidak kembali seperti dulu, mereka memutuskan untuk hidup masing-masing dan sesekali menghubungi satu sama lain. Mereka percaya suatu saat nanti mereka pasti dipersatukan kembali. Dan mereka yakin akan cinta mereka.

THE END

Taste Like Coffee


Lee Sungyoung POV

Song Joongki oppa adalah mentor bimbingan belajarku, aku sudah mengaguminya diam-diam sejak pertama aku melihatnya. Sosoknya yang ramah dan wajahnya yang tampan seakan membuatku mabuk kepayang.
Song Joongki oppa [22th] dan aku Lee Sungyoung [16th] rasanya aku ingin cepat-cepat dewasa dan bisa lebih dekat dengannya.

Oppa bekerja part time di sebuah Coffee Shop dan Eomma tahu hal itu. Setiap kali ia datang untuk mengajar pasti Eomma menyuguhkan secangkir kopi hangat untuknya. Melihatnya dengan lembut menghirup kopinya secara perlahan terlihat sangat tampan.

Suatu ketika ia mengajakku mampir di Coffee Shop nya.
Seperti anak kecil yang tidak tahu arah, aku hanya melihat-lihat sekitar Coffee Shop dengan keheranan. Tercium wangi kopi sejak pertama aku menginjakan kaki di tempat itu. Ah, ia seorang barista pikirku saat melihatnya meracik kopi. Sungguh sangat tampan.
Di sekelilingku hanya ada orang dewasa yang datang untuk menikmati kopi dan berbincang-bincang.
Dalam benakku beginilah dunia orang dewasa.

End POV

Namun ia sama sekali tidak pernah minum kopi buatan Joongki, karena ia tidak terbiasa minum kopi. Yang ia ingat saat ia berumur 5th ia pernah merasakan kopi dan rasanya sangat pahit membuatnya tidak menyukai kopi.

Ia ingin mencoba rasa kopi yang dibuat oleh Joongki namun ia tidak bisa karena tidak terbiasa dengan rasa kopi.

*****

“Aaaaahhhh......” teriakan Shin Hyobin membuyarkan lamunan Sungyoung.
“Wae? Waeyoooo?”
“Aku rasa aku akan gagal di mata pelajaran ini. Huhu.”keluh Hyobin.
“Aish! Jangan membuat aku pesimis. Pabo!” bentak Sungyoung seraya meluncurkan pukulan pelan ke kepala Hyobin.
“Apha!!” Hyobin meringis kesakitan.
“Mwoya? Begitu saja sakit. Kau ini namja kenapa lemah sekali. Aish.”dengusnya.
“Aku ini namja yang lembut! Paling tidak aku tidak seperti seseorang yang kerjanya hanya tidur di kelas tapi selalu mendapat nilai yang bagus.”sindirnya seraya melirik ke arah seorang siswa yang duduk paling belakang.
“Cho Kyuhyun?”
“Ne, siapa lagi. Apa dia mencontek ya?” bisik Hyobin.
“Ya! Shin Hyobin! Kau ini namja tapi senang bergosip. Aish jincha mau kupukul lagi? Hah?”
“Andwae! Kau ini selama berteman dengan mu sejak sekolah menengah pertama kau selalu saja kasar padaku. Hiks.”

Akhir jam pelajaran semua siswa bergegas pulang tapi tidak bagi Sungyoung yang mendapat piket hari itu.

“Aish, kenapa juga aku harus satu piket dengan bocah itu.”keluhnya.
“Kau membicarakanku?”
“Aigo Cho Kyuhyun kau ini...Memangnya aku tidak punya kerjaan apa sampai membicarakanmu? Huh.” Dengusnya.
Saat ia serius menyapu lantai kelas tiba-tiba Kyuhyun membereskan tasnya dan beranjak dari kursinya.

“Ya! Cho Kyuhyun kau mau kemana?”bentak Sungyoung.
“Aku harus bekerja.” Jawabnya singkat.
“Ya! Kembali! Cho Kyuhyuuuunnnnn!”
“Aiiissshhh.”dengan kesal ia membanting sapu dari genggamannya.

Sejam kemudian dengan bersusah payah akhirnya Sungyoung berhasil membersihkan kelas seorang diri.

“Dasar si tukang tidur itu memang egois, pantas tidak ada teman yang dekat dengannya. Huh.”

Di perjalanan pulang ia melihat beberapa preman sedang berdiri di pinggir jalan yang biasa ia lewati. Karena takut terjadi apa-apa maka ia memilih untuk mencari jalan lain yang pasti lebih jauh dari arah rumahnya.
“Aigo, haus sekali kalau bukan karena si tukang tidur aku pasti tidak akan menghabiskan waktu lama utnuk membersihkan kelas seorang diri dan tidak harus berpapasan dengan para preman itu dan pastinya tidak harus melewati jalan memutar yang jauh ini. Argh! Kesal!”

“Hem ada kafe. Apa aku istirahat disana saja ya.”

Suasana yang nyaman, kafe yang tidak terlalu penuh karena sudah lewat waktu makan siang. Sepertinya kafe itu juga merupakan Coffe Shop. Tapi tidak seperti Coffee Shop tempat Joongki bekerja, Coffee Shop ini mengeluarkan aroma yang lembut hampir seperti susu.

“Selamat datang pelanggan, silakan masuk.”sapa seorang pelayan pria memakai apron dan topi yang bertuliskan Soul Coffee.
“Kau….Lee Sungyoung?”
“Cho Kyuhyun? Kau bekerja disini?”
“Ne, aku bekerja part time disini. Ini adalah Coffee Shop milik Yeonjoo noona.”
“Kyuhyunie….Siapa itu? Kenapa tidak dipersilakan duduk?”seorang yeoja dengan paras yang cantik datang menghampiri.
“Oh…Yeppeuda…..”tanpa sadar ia mengatakannya.
“Ne?”yeoja itu melihat ke arah Sungyoung.
“Oh…..Jusonghamnida…”Sungyoung merasa malu akan tingkahnya.
“Yeonjoo noona, ini teman sekelasku namanya Lee Sungyoung.”
“Wah kalau begitu silakan duduk, kau pasti lelah. Mau pesan apa? Hari ini Kyuhyunie yang bayar.” Ledek Yeonjoo.
“Mwoyaaaa????”keluh Kyuhyun.
“Aigo kau ini kenapa bereaksi seperti itu. Aku juga tidak memaksamu membayarkanku. Aku sanggup membayarnya sendiri kok.”Sungyoung memanyunkan bibirnya dan duduk dengan wajah masam.
Sementara Yeonjoo terkekeh melihatnya.

“Temanmu itu imut juga ya.”
“Apanya yang imut dia itu selalu saja berisik di kelas.”
“Sudah-sudah, layani dia dengan baik ya. Walau bagaimanapun ia itu adalah tamu kafe kita. Arachi?”
“Ne arayo noona.”

Sungyoung masih saja ngambek dan memalingkan wajahnya ke luar jendela.
Kyuhyun datang dengan sebuah buku menu di tangannya. Sebelum mengeluarkan suara ia mengambil nafas yang agak panjang.
“Nona, mau pesan apa?”Tanya Kyuhyun dengan ramah dan senyum yang menawan, saat Sungyoung melihatnya hampir saja ia lupa kalau yang di hadapannya adalah orang yang sama yang membuatnya kesal barusan. Iapun segera menjernihkan pikirannya dengan menggerakan kepalanya dan focus melihat-lihat menu yang diberikan.
“Emmm….Kopi…..Uhm….”Sungyoung terus menggumamkan kopi dengan jari yang mengarah naik turun pada barisan menu tersebut.

“Jangan bilang kalau kau tak pernah minum kopi?”
“Enak saja…Aku…Aku….Uhm….”seakan tidak bisa menyangkal kata-kata itu Sungyoung pun terdiam.
“Untuk pemula sepertimu aku punya kopi yang bagus. Biar aku yang memilihkan menu yang cocok untuk Anda nona. Chakamanyo.”

Dari tempatnya duduk ia bisa melihat betapa seriusnya Kyuhyun membuat kopi. Bayangan Joongki untuk sejenak memfatamorgana sosok Kyuhyun menjadi Joongki.
Tak berapa lama Sungyoung tersadar bersamaan saat Kyuhyun datang mengantarkan menu yang di persiapkan untuk Sungyoung.

“Ini kopi?”Tanya Sungyoung saat melihat secangkir cairan krem didalam cangkir berdiameter 10cm.
“Minumlah….”satu kata yang sanggup menghipnotis Sungyoung dan membuatnya meminum kopi tersebut tanpa pikir panjang.
Sensasi yang sama seperti saat ia membayangkan rasa dari kopi, namun tidak pahit seperti yang pernah ia minum dulu. Rasa manis dari krim membuat lidahnya menikmati rasa kopi itu.
“Bagaimana?”Tanya Kyuhyun dengan tatapan mata berbinar.
“Aaahhh…Masitta…..”ucap Sungyoung mengungkapkan kepuasannya membuat Kyuhyun senang dan tersenyum dengan senyum yang ‘menyilaukan’,
“Ah keurae! Kyuhyun boleh aku minta tolong padamu?”
“Uhm?”
“Aku ingin belajar menikmati kopi seperti layaknya orang dewasa. Mau kah kau mengajariku?”
“Eh? Permintaan yang aneh tapi kalau itu tandanya kau akan menjadi pelanggan kafe ini. Baiklah aku akan menyanggupinya. Dengan syarat…..”
“Syarat?”
“Setiap aku piket kau yang akan menggantikan aku. Mau?”
“Mwo? Ah ye….Lagipula kau juga memang tidak pernah piket jadi apa bedanya.”

Dua hari kemudian

Sungyoung mendapat kabar dari Eommanya kalau Joongki sudah tidak bisa lagi menjadi mentor privat nya karena ia harus focus dengan kuliahnya.
Membuatnya sedih, tapi terakhir kali ia bertemu Joongki, ia bilang mereka masih bisa bertemu di Coffee Shop tempatnya bekerja. Sedikit banyak itu membuatnya lega.

Hari ketiga ia mengunjungi Soul Coffee, perlahan Kyuhyun memberikan variasi kopi yang berbeda kepada Sungyoung agar ia terbiasa meminum kopi namun tetap saja Sungyoung masih menyukai rasa kopi yang pertama Kyuhyun buatkan untuknya.

“Kau ini, katanya ingin belajar menikmati kopi seperti orang dewasa.”
“Habis rasanya pahit…Huwek….”sungyoung mengekspresikan rasa tidak sukanya dengan menjulurkan lidahnya.
“Hahhahaha, kau ini belum ada perkembangan sama sekali.”
“Ah biar saja….”
“Itu apa?”Tanya Kyuhyun pada tumpukan buku yang ada di meja.
“Ini? Ini buku-buku pelajaran…”
“Ne arayo tapi kenapa kau bawa buku disini? Seperti perpustakaan saja.”
“Habis, mentor private ku sudah berhenti dan kalau di rumah pada jam-jam segini oppa pasti asik main band dengan teman-temannya.”
“Hei, kau mengisi apa itu. Bagaimana bisa kau salah menjawabnya, itu kan pernah diajari minggu lalu.”
“Mwo? Bukannya kau selalu tidur ya di kelas. Bagaimana bisa kau mengerti pelajaran itu. Dan juga kau selalu mendapat nilai bagus. Apa kau…….”
“Ya! Apa maksudmu mencontek? Aish!” saat Kyuhyun mencoba pergi, Sungyoung menahannya.
“Mianhe…..”entah mengapa tangan Sungyoung untuk sesaat tidak bisa melepas tangan Kyuhyun.
“Aku mengantuk karena aku bekerja sepulang sekolah dan di rumah aku juga masih harus belajar.”

Sosok Kyuhyun yang dulu pernah ada di benaknya. Kyuhyun si tukang tidur kini berubah.
“Untuk apa kau mencari uang seperti itu? Apa orang tuamu….”
“Aku mencari uang sebanyak-banyaknya untuk mewujudkan cita-citaku belajar menjadi barista professional di Italy. Dan suatu saat aku akan memiliki Coffee Shop milikku sendiri.”
“Whooaaaa….Hebat sekali cita-citamu.”

“Ehm….Kyuhyun-ah…..”
“Waeyo? Kenapa tiba-tiba kau memanggilku seperti itu?”
“Maukah kau mengajariku dalam pelajaran?”
“Mworago??? Ya! Memangnya aku ini apa peri pengabul permintaan? Kau meminta ini itu. Huh.”
“Kyuhyun-aahhh….”
“Ne arayo, kalau tidak ada pelanggan kita belajar bersama. Arachi?”
Dari kejauhan tampak Yeonjoo memperhatikan mereka.

Seminggu berlalu perlahan Sungyoung bisa menikmati kopi biasa walau dengan sedikit tambahan krim.
“Wah daebak…..Kau sudah bisa minum kopi seperti orang biasa.”
“Hehehe gomawo. Kalau begitu aku pergi dulu.”
“Eh? Tidak biasanya kau pergi lebih cepat.”
“Aku ada urusan. Annyeong.”

Akhirnya yang ia tunggu pun tiba, ia memberanikan diri masuk ke Coffee Shop tempat Joongki bekerja.
“Sungyoungie….”Joongki terlihat sedikit kaget saat Sungyoung dating.
“Oppa….Boleh aku memesan kopi?”
“Ne, dengan senang hati.”
Dengan focus Sungyoung memperhatikan Joongki membuat kopi.

“Sungyoung?”panggil seseorang.
“Yeonjoo unnie?” sungyoung tak kalah kaget nya saat mereka bertemu di Coffee Shop itu.
“Kalian kenal?”Tanya Joongki.
“Ne, ia adalah teman dari pekerja part time di kafe ku.”
“Jongmal? Whoa…”
“Kalian?”Sungyoung mulai merasa aneh hingga ia mengeluarkan kata itu.
“Kami? Oh iya, Yeonjoo ini adalah kekasihku. Dialah yang membuatku menyukai kopi. Aku jatuh cinta dengannya dan juga dengan kopi buatannya. Hehe.”jelas Joongki dengan wajah merona.

Hati Sungyoung terasa sakit, saat Joongki menyodorkan kopi dan saat ia meminumnya rasanya sangat-sangat pahit hingga menusuk relung hatinya. Berbeda dengan kopi yang pernah disuguhkan Kyuhyun.
Mungkin rasa patah hati yang membuatnya seperti itu.
“Oppa mianhe, aku masih ada perlu. Ini uangnya, annyeong.”dalam sekejap ia pergi meninggalkan Joongki dan Yeonjoo yang bingung.

Perasaan hancur yang kini ia rasakan membuat air matanya tak sanggup lagi ia bendung.
Langkahnya mulai goyah, pipinya basah dengan air mata.
Ia tidak mengira sebelumnya cinta pertamanya adalah patah hati pertamanya.
Tanpa sadar ia berjalan kea rah Soul Coffee. Namun ia tidak masuk, hanya berdiri di depan kafe dengan wajah tertunduk dan air mata yang mengalir.

Kyuhyun yang saat itu sedang berniat membersihkan kaca jendela sontak kaget melihat Sungyoung yang menangis.
“Sungyoung, kau kenapa? Siapa yang membuatmu menagis?”
Sungyoung lalu memeluk tubuh Kyuhyun dan menangis tersedu-sedu. Kyuhyun yang tidak mengerti apa-apa hanya membimbingnya masuk ke dalam kafe dan mendudukannya.
Dengan lembut ia mengelus rambut Sungyoung dan menyodorkan tissue.
“Gomawo” saat itu hanya kata itu yang sanggup terucap oleh Sungyoung.

Tak lama tangis Sungyoung mereda dan Kyuhyun menawarkannya segelas minuman.
“Minumlah.”
Sungyoung pun meminumnya. Ia mengira itu kopi ternyata susu coklat hangat.
“Ini susu?”
“Ne, susu bagus untuk menenangkan pikiran. Kau juga belum makan siang kan?”
Perasaan hangat yang ia rasakan bukan berasal dari susu yang ia minum tapi dari seseorang yang tanpa ia sadari selama ini berada di sampingnya, pelan-pelan memberinya kehangatan.
Lama Sungyoung menatap wajah Kyuhyun.
“Waeyo?”Tanya Kyuhyun bingung.
“Kalau kau terus-terusan sebaik ini kepadaku aku bisa jatuh cinta padamu.”
Mendengar perkataan Sungyoung Kyuhyunpun tersenyum.
“Kalau itu terjadi berarti maksud hatiku tersampaikan.”
Senyum keduanya pun mengembang.

THE END.

Kamis, 12 Januari 2012

Hard Way

“Wait, did she ever told you that Junghee is sick?”
“What? Junghee is sick? Where is she now? Please tell me?”
“Just ask your fiance then”
“Daniel!”

Sungmin berusaha mencari tunangannya setelah mendengar perkataan Daniel.

Sesampainya ia di apartemen tunangannya, Shi Yeon.
“Shi Yeon, marhaebwa! Apa kau tahu keberadaan Junghee sekarang?”
“Apa maksudmu?”
“Sebenarnya kau tahu keberadaan Junghee, jebal Shi Yeon katakan padaku dimana dia”
Shi Yeon menundukkan kepalanya, air mata jelas menggenang di matanya. Tapi tidak jatuh karena ia berusaha sekuat tenaga untuk menahannya.
“Keurae, aku tahu keberadaan Junghee. Dan ternyata kau masih belum melupakannya. Benarkan?”
Sungmin sebenarnya tidak ingin menepis dugaan Shi Yeon, tapi kebenarannya adalah ia memang masih belum melupakan Junghee yang sudah menemaninya selama 3 tahun.

“Nde, memang benar Junghee masih di Korea dan bukan di Amerika seperti yang ia katakan terakhir kali di suratnya”
“Mwo? Jadi itu benar, Daniel bilang ia sakit. Apa itu juga benar? Marhaebwa!”
“Uhm, bisa dikatakan ia sakit. Dan kau Lee Sungmin yang membuatnya seperti itu”
Seperti tubuh yang kehilangan penyangganya, Sungmin perlahan mundur hingga punggungnya menyentuh dinding yang berada tepat di belakangnya. Air mata perlahan menetes di kedua pipinya.

“Shi Yeon, kau....Kau kenapa tega menyembunyikan hal itu? Berapa lamakah kau tahu tentang ini semua”
“Awalnya aku tidak tahu dan bahkan aku tidak mengenal siapa itu Junghee, yang aku tahu dari keluargamu ia adalah mantan kekasihmu, sampai aku dan dia bertemu, secara tidak sengaja ia menjatuhkan dompetnya. Aku melihat fotomu dan Junghee, foto yang sama dengan foto yang kau simpan. Ia kaget karena aku mengenalnya”
“Eodi?”
“RS Ansang, tapi aku tidak tahu ia masih ada disana atau tidak. Terakhir aku melihatnya 2 bulan yang lalu”
Tanpa berpikir panjang iapun berlari pergi meninggalkan Shi Yeon.

“Sungmin, yang kutakutkan akhirnya terjadi. Setelah satu tahun kalian berpisah kau masih mengingatnya” batin Shi Yeon.

Flash Back

Shi Yeon adalah seorang sekretaris dari perusahaan Sendbill milik Lee Chunhwa, ayah Sungmin.
Pertemuan mereka saat Sungmin datang untuk menemui ayahnya.
“Jusonghamnida... Jusonghamnida....”
Shi Yeon dengan terburu-buru membawa beberapa berkas di tangannya. Tidak sengaja ia menabrak Sungmin.
“Eotteokae.....?”
Dengan panik ia membereskan berkas-berkas yang bertebaran di lantai, dengan spontan Sungmin membantunya.
“Kamsahamnida..... Jusonghamnida aku tidak hati-hati menabrak anda”
“Gwenchana, kau sekretaris Yoon?”
“Anda mengenal saya?”
“Uhm, tentu saja aku mengenalmu”
Dengan tenang Sungmin pergi meninggalkan Shi Yeon setelah mendapat panggilan dari ponselnya.

“Aigo.... Uri Yoon Shi Yeon beruntung sekali”
“Aish Yongjoo kau mengagetkanku saja”
“Ya! Aku sedari tadi berdiri di sebelahmu tapi kau sama sekali menyadarinya. Kau malah asyik memandangi anak pemilik Sendbill!”
“Mwo? Nugu?”
“Aish jincha Yoon Shi Yeon, namja barusan itu adalah Lee Sungmin anak CEO kita sekaligus idol... Dia salah satu member Super Junior!”
“Jongmal? Aish, mollaseo. Tadi aku tidak melihatnya dengan jelas. Ia pakai topi dan kaca mata jadi aku mana bisa mengenalinya”

Pertemuan kedua mereka saat CEO Lee Chunhwa mengadakan private gathering di rumahnya. Saat itu kebetulan Sungmin sedang berada disana.
“Aiguuu.....”
Gelas yang dipegang Shi Yeon tidak sengaja tumpah dan mengenai baju Sungmin.
“Jusonghamnida......”
“Gwenchana, kau sering sekali seperti ini ya?”
Dilihatnya orang yang ada di hadapannya.
“Lee...Lee Sungmin ssi?”
Matanya seakan tidak percaya dengan yang ada di hadapannya.
“Ne”
Berawal dari permintaan maaf merekapun mulai berbincang-bincang dan akrab. Ibu Sungmin Kang Gyeong Suk yang sudah lama tidak melihat putranya dekat dengan seorang yeoja lagi pun senang.

Sesusai acara, Kang Gyeong Suk memanggil Shi Yeon.
“Shi Yeon ssi, apa kau punya waktu akhir minggu ini?”
“Eobseo”
“Apa kau mau menemani aku? Ada acara amal di Daegu, itu juga kalau kau tidak keberatan”
“Nde, aku mau”

Rencana Kang Gyeong Suk untuk mendekatkan Shi Yeon dan Sungmin pun berhasil.
Shi Yeon menjadi akrab dengan keluarga Lee, terutama Sungmin dan merekapun bertunangan tanpa seorang pun tahu di luar dari keluarga Lee dan Yoon.
Keluarga Sungmin memang sangat ketat dengan privasi.

End Flash Back

Did you know, I always thought we were here together forever but now I know nothing last forever in this world.

Pernikahan ini selamanya tidak akan pernah terjadi. Kau dan aku sangatlah berbeda. Semua mimpi di masa muda yang kita rajut, sirna seiring berjalannya waktu.


Sungmin berlari layaknya orang yang hilang akal, sepanjang koridor SM entertainment ia mencari-cari sosok seseorang.
“Junghoon hyung!” sosok yang dipanggilnya itu pun berbalik.
“Sungmin? Waeyo?”
“Eodigaa...Eodi....”suara Sungmin yang kelelahan mengakibatkan suaranya terbata-bata.
“Mwo?”
“Junghee....Kim Junghee.....DIMANA DIA!!!” bentak Sungmin.
Sontak membuat Junghoon kaget dan menarik Sungmin ke suatu ruang yang biasa dipakai untuk rapat.
“Neol michyeoseo!!!” bentak Junghoon di dalam ruangan tersebut saat merasa aman tidak ada seorang pun disana.
“Keurae....Nan....Nan michyeoseo! Sebelum aku bertambah gila lebih hyung katakan dimana Junghee sekarang! Marhaebwa!” bentak Sungmin seraya mencengkram erat kerah kemeja Junghoon dan memojokannya ke dinding yang berada di belakangnya.

“Kenapa kau menanyakannya padaku? Sudah berulang kali aku bilang aku tidak tahu kemana Junghee pergi. Kau pikir aku tidak perduli terhadap adik sepupuku itu. Hah!”
Sungmin perlahan melepas cengkraman tangannya, ia tertunduk. Air mata mulai menetes dari kedua matanya.

“Sungmin-ah.....”
“Hyung, aku....Aku sama sekali tidak bisa hyung, tidak bisa melupakannya. Nae maeumi apha.” ucapnya seraya memukul dadanya sendiri.
Junghoon memeluknya. Mencoba memedam amarah yang sekarang sedang bergejolak di hati Sungmin. Artis yang sudah beberapa tahun ini di manageri nya.

Setelah beberapa lama Sungmin pun tenang, Junghoon menemaninya.
Mereka duduk berdua. Helaan nafas yang cukup panjang dihembuskan oleh Junghoon.
“Uri Junghee......” katanya, memulai percakapan. Sungmin pun melihat ke arahnya.
“Ini mungkin kesalahanku, aku yang yang membuatnya pergi. Uri Junghee ia hanya seorang diri tanpa keluarga selain aku dan keluargaku tentunya. Aku yang bermaksud melindunginya malah mencelakakannya. Ketakutanku malah membawa petaka bagi hubungan kalian berdua.”
“Hyung...” panggil Sungmin lirih.
“Aku sudah lama memaafkanmu hyung, aku mengerti segala keresahan yang kau rasakan. Aku yang terlalu egois harusnya tidak memaksakan hubungan ini dengan Junghee.”