Jumat, 01 Juli 2011

When Life Showing it Love [Unexpected Meeting]

When it’s tomorrow, you will leave my side
When it’s tomorrow, I will wish upon a shooting star alone
Just like the ending of a movie
Our ending fulfilled the prediction of tears
Broken promises all over the ground, the yesterday that cannot be pieced together again
But I still look forward to the appearance of a miracle
Your shadow is drifting further and further away.

Luna merasakan kehilangan, kehilangan yang teramat sangat setelah kepergian "Po oppa".
Berhari-hari Luna kecil menunggu dan menunggu setiap harinya di tempat yang sama saat mereka berdua berjanji untuk bertemu. Akhirnya ia menyerah untuk berharap.
Dimatanya kini "Po oppa" sama halnya dengan sang Ayah yang meninggalkannya.
Setahun kemudian Junghee mendapat tawaran pekerjaan dan mereka kembali menempati rumah mereka yang sebelumnya mereka tinggalkan, tidak lupa mereka mengajak serta sang nenek.
Memulai kehidupan yang baru. Di tempat yang sama saat mereka berusaha meninggalkan semua kenangan pahit mereka bersama Jongmin.

Enam tahun berselang.
Luna kecil menjadi remaja yang tertutup. Tiada hari tanpa belajar.
Suatu saat sang nenek masuk ke dalam kamar Luna.
"Sunyoungie......"panggil sang nenek.
"Halmonie, mworago?"tanya Luna yang sebelumnya asik berkutat dengan buku-buku pelajaran.
Di letakannya kacamata yang membingkai kedua matanya.

"Apa kau akan terus belajar seperti ini? Apa kau tidak ingin seperti teman-teman sebayamu bermain. Lagipula ini liburan musim panas. Kenapa masih mengurung diri dan belajar saja?"tanya sang nenek cemas.
"Halmonie, aku tidak butuh teman. Aku harus belajar karna dengan belajar aku bisa mendapatkan beasiswa dan meringankan beban eomma."
Sang nenek menghela nafas panjang saat mendengar jawaban Luna.
"Tidurlah, sudah larut malam. Kau teruskan besok belajarnya ya."
"Sepertinya aku masih belum bisa tidur halmonie. Sebentar lagi ujian akhir kelulusan jadi tidak bisa tidak belajar."
"Tidak bisa, 10 menit lagi kau harus segera tidur."perintah sang nenek.
"Keundae....."
"Kalau halmonie bilang 10 menit tetap 10 menit tidak bisa diganggu gugat. Arasseo!"bentak nya.
Luna akhirnya menuruti perintah sang nenek.

Seperti biasa Junghee pulang larut malam. Dan ibunya masih menunggunya pulang sambil duduk di sofa favoritnya.
"Junghee-ya, lembur lagi kah?"tanyanya.
"Ne eomma, eomma belum tidur?"tanya Junghee seraya menghampiri sang eomma dan memijat kedua bahunya.
"Eomma menunggumu pulang dan baru saja mengecek Sunyoungie yang masih saja belajar selarut ini."

Junghee menghela nafasnya, ia tahu putrinya sangat berusaha terlalu keras dalam pelajaran.
"Junghee-ya, eomma takut Sunyoungie tidak bisa hidup dengan wajar seperti anak-anak seusianya. Ia sama sekali tidak memiliki teman, temannya hanyalah buku pelajaran. Semua ia lakukan demi beasiswa yang akan meringankan tanggung jawabmu. Mianhe, eomma sama sekali tidak bisa membantu kalian."
"Aniyooo....Eomma sudah bekerja keras menggantikan posisiku menjaga Luna. Biar aku bicara dengannya besok sebelum aku pergi bekerja. Eomma tidurlah sudah malam."
Mereka akhirnya pergi beristirahat.

Keesokan harinya. Sebelum berangkat ke tempat kerjanya. Junghee menyempatkan diri berbicara dengan Luna yang sedang membersihkan dapur menggantikan sang nenek yang sedang berbelanja ke pasar.
"Uri Luna kemarilah. Eomma ingin bicara."
Luna menghentikan kegiatannya, ia melepas apron dan mengelap tangannya yang basah. Lalu ia menghampiri Junghee yang duduk di meja makan.

"Mworago eomma?"
"Apa kau sudah menentukan akan meneruskan sekolah dimana?"
"Em, aku sedang berusaha mengikuti test masuk SMA Hanyoung. Mereka membuka test masuk untuk siswa yang ingin mendapatkan beasiswa."
"Bukankah kau tertarik dengan art? Kenapa tidak masuk ke sekolah art saja?"
"Animnida....Walau aku menyukai art aku tidak bisa dan tidak mau masuk ke sekolah art."
"Eomma mau kau masuk sekolah yang kau inginkan."
Luna terdiam, sepertinya ia tahu eommanya melakukan percakapan ini dikarenakan sang nenek.

"Eomma tahu kau sangat suka menyanyi. Dan eomma tahu bakat menyanyimu sangat luar biasa."
"Keundae...."luna menyanggah.
"Luna, demi masa depanmu eomma ingin kau mengurungkan niatmu ke SMA Hanyoung. Eomma ingin kau masuk SMA Anyang. Disana bakatmu bisa dikembangkan."
"Eomma....."
"Keputusan eomma sudah bulat. Kau tidak perlu memikirkan masalah keuangan keluarga kita. Tugasmu hanyalah menggapai impianmu. Eomma tidak mau menyia-nyiakan bakatmu."
Keputusan Junghee membuat Luna tidak bisa berkata-kata.

Seminggu berselang sejak percakapan dengan sang eomma. Seharusnya esok hari ia mengikuti test masuk ke SMA Hanyoung tapi ujian masuk SMA Anyang juga pada hari yang sama.
Luna yang bingung hanya terduduk lemas di teras memandang taman kecil di hadapannya.
Gladiol......Tiap kali ia melihat bunga tersebut ia teringat kembali dengan "Po Oppa".

It doesn’t matter if I’m lonely. Whenever I think of you
A smile spreads across my face.
It doesn’t matter if I’m tired. Whenever you are happy
My heart is filled with love.

Tanpa disadari Luna ada seseorang yang mengendap-endap di belakang Luna dan tiba-tiba memeluk Luna dari belakang.
Sontak Luna kaget dan berdiri lalu berteriak.."Kyaaaa!!!!"
"Aiyooo.....Suaramu keras sekali."ucap orang itu sambil mengusap telinganya.
"Omona.....Amber oppaaaa.....!!!!"Luna seketika berhambur ke pelukannya.
"Aissshhh...Kenapa masih memanggilku oppa! Nappeunda."keluh Amber.
"Oppaaaa....Oppaaaa....Oppaaaa....!!!"
"Ya! Luna kau ini....."Amber menggelengkan kepalanya.


Note : Amber adalah sepupu Luna. Nenek mereka kakak beradik. Rumah mereka pun berdekatan.
Dari kecil Luna hanya bisa akrab dengan Amber yang 1 tahun lebih tua darinya.
Empat tahun yang lalu Amber dan keluarga nya pergi ke Amerika karna Ayah Amber ditempatkan disana.
Karna gaya Amber yang tomboy, Luna selalu memanggilnya dengan panggilan "oppa".



"Oppa kapan kau tiba?"
"Tadi malam, tapi karna sudah larut jadi aku tidak langsung kemari."
"Oh..." jawab Luna singkat. Dan kembali tertunduk.
"Wae? Ada yang merisaukanmu?"
"Nae eomma ingin aku ke SMA Anyang sedangkan aku ingin masuk Hanyoung demi eomma."keluh Luna.
"Aigo,kau tahu yang terpenting bagi eomma mu adalah kau bisa sekolah dengan bahagia dengan begitu iapun akan bahagia." ucapan Amber benar, Eommanya pun benar. Ia hanya bisa mengikuti kehendak

Dua minggu kemudian Luna mendapat kabar dirinya telah berhasil masuk SMA Anyang dengan nilai sempurna.
Hari pertama mereka mengadakan hari penyambutan murid baru.
Luna yang belum mendapatkan teman hanya duduk diam di barisan bangku-bangku siswa sementara siswa yang lainnya asik mengobrol dengan kelompok mereka masing-masing.
"Jogiyooo.....Jusonghamnida....."seorang siswi dengan rambut diikat dua menyerobot masuk di barisan bangku-bangku siswa dan duduk tepat di sebelah Luna yang kebetulan kosong.
Tidak sengaja kaki Luna terinjak olehnya "Awww....." Luna kesakitan.
"Ah mianhe....Jusonghamnida....Aww..."ia bermaksud untuk menyentuk kaki Luna yang diinjaknya namun kepalanya terna pegangan kursi tepat di dahinya.
"Gwenchana?"tanya Luna yang balik khawatir. Namun siswi itu tersenyum sambil menggeleng.

Luna kembali acuh padanya. Dan kembali duduk di kursinya dengan wajah kesal.
"Sulli imnidaaaa....."ujar siswi itu dengan antusias menjulurkan tangannya ke Luna.



Dengan malas Luna tidak menganggap salam perkenalan Sulli. Namun ia menarik tangan Luna dan menyalaminya dengan semangat.
"Namamu?"tanya Sulli. Luna tidak menjawab tapi menunjukan name tag di seragamnya. Yang bertuliskan Luna Park.
"Algasseumnida Lunaaa...."seru Sulli.
"Bisa kau diam? Acara sudah mau dimulai."ucap Luna dengan ketus namun Sulli tampak tidak mendengarnya, ia asyik memainkan ponselnya.

Seharian penuh ia selalu diikuti oleh Sulli, karna merasa bosan ia berjalan-jalan di sekitar Sekolah.
Ada sesuatu yang menarik perhatiannya sebuah ruangan kaca yang penuh dengan tanaman-tanaman.
Di dalam nya penuh dengan tanaman dan bunga yang sangat indah.
Matanya tertuju kepada sebuah bunga yang sangat ia kenal.
"Gladiol......"ucap seseorang tiba-tiba yang membuat Luna kaget.
Ia menoleh ke arah suara tersebut. Seorang siswa yang lebih senior darinya.
Tinggi dan tampan dengan barisan gigi yang rapi menghiasi senyumnya yang menawan.
"Kau siswi baru disini?"tanya siswa itu.
"Ne? Ah ye....Aku murid baru disini sun...bae...." jawab Luna yang menyadari siswa di hadapannya merupakan seniornya yang berpidato saat acara penyambutan murid baru tadi.
"Kau suka bunga itu?"tanyanya kepada Luna.
"Ne, nomu choa. Gladiol...."jawab Luna.
"Kau tahu Gladiol mempunyai arti kenangan, ketulusan, kemurahan hati dan juga pendirian yang teguh. Jadi beruntunglah orang yang lahir di bulan agustus memiliki sifat yang sama dengan Gladiol karna bunga inilah bunga kelahiran agustus." jelas siswa tersebut.

Membuat Luna kaget. Kata-kata barusan sama seperti yang diucapkan oleh "Po oppa".
Melihat Luna yang bengong, sunbae itu melambaikan tangannya di depan wajah Luna.
"Ah mianhamnida sunbae. Sunbae suka bunga?" Luna menanyakan pertanyaan yang sama seperti ke Po oppa.
"Ne, aku suka bunga." jawaban singkatnya hampir saja membuat Luna menangis.

"Minho Oppaaa....."panggil seorang siswi.
Membuat sunbae itu dan Luna menoleh ke arah suara tersebut.
"Wae? Sudah kubilang jangan panggil oppa kalau disini. Tidak enak didengar yang lain."jelas Minho.
"Biar.....Aku mau panggil oppa....Aku tidak peduli orang mau bilang apa. Minho oppa sudah makan siang belum??"
Luna agak kecewa melihat kemesraan mereka.
"Sebentar oppa pakai jas oppa dulu." dengan jelas Luna melihat name tag nya bertuliskan Choi Minho sedangkan siswi itu bernama Lee Sung young.
"Oppa....Ige nuguya?"tanya Lee Sungyoung sembari menunjukan rasa tidak senangnya dengan keberadaan Luna.



"Aku bukan siapa-siapa hanya tidak sengaja bertemu dengan sunbae disini. Kalau begitu aku pergi duluan. Annyeong." Luna beranjak pergi meninggalkan ruang kaca.
"Luna Park......"gumam Minho.
"Ne oppa?"tanya Sungyoung yang mendengar gumaman Minho.
"Aniyo....Khaja katanya kau mau makan siang."
"Ne oppaaa...."jawabnya semangat.

Luna berjalan dengan cepat, menahan tangisannya. Ia hampir saja mempercayai bahwa orang itu adalah Po oppa.
"Uljima....Dia bukan po oppa...." tapi batinnya mengatakan lain.
Ia berharap Minho lah Po Oppa yang selama ini ia rindukan.

The disease where my love is slowly dying
It hurts a little, but I don’t want to get better
Every single memory is erasing
Going back to the times when we were strangers,
I want to rest now


*********End of Unexpected Meeting*********