Jumat, 07 September 2012

Bittersweet of Love


Cho Kyuhyun....
Sebenarnya kita ini apa?
Aku bagimu adalah apa?

Ingin rasanya aku menanyakan hal itu padanya tapi selalu berakhir dengan aku yang memendamnya kembali.

End POV

Sudah hampir enam bulan Sungyoung dan Kyuhyun “dekat”. Tidak ada siapapun yang menyadari kedekatan mereka selama ini. Walaupun mereka satu kelas tapi tidak ada satupun teman sekelas mereka yang tahu hubungan mereka.

Siang itu Sungyoung seperti biasa menyelesaikan tugas piketnya seusai sekolah. Shi Hyobin teman dekat Sungyoung menghampirinya.
“Yak! Lee Sungyoung kenapa kau selalu saja membiarkan bocah itu tidak mengerjakan piket!” bentak Hyobin.
“Mworago? Kau panggil apa dia? Bocah? Yak! Shin Hyobin kau cari mati ya!”
Refleks Hyobin menghindari kepalan tangan Sungyoung dari kepalanya.
“Aish...Lee Sungyoung kenapa akhir-akhir ini kau selalu membelanya! Jangan-jangan...”
“Mwo? Mwo? Wae?”
“Jangan-jangan kau memendam cinta dan bertepuk sebelah tangan dengannya?” karena takut dengan respon Sungyoung, Hyobin lalu pergi meninggalkannya.
“Mwoyaaaaaaaa? Yak Shin Hyobiiiiiiiiiinnnn!” teriaknya.



Memendam cinta? Bertepuk sebelah tangan?

Mungkin benar juga apa yang dikatakan Hyobin. Sebelumnya tidak ada “pernyataan cinta” yang nyata keluar dari keduanya.

Mengingat percakapannya dahulu dengan Kyuhyun :

“Kalau kau terus-terusan sebaik ini kepadaku aku bisa jatuh cinta padamu.” - Sungyoung
“Kalau itu terjadi berarti maksud hatiku tersampaikan.” - Kyuhyun

POV

Aigoooo... Lee Sungyoung...
Kalau dipikir-pikir tidak seperti remaja lainnya, aku dan Kyuhyun tidak pernah merasakan kencan yang sesungguhnya. Seusai sekolah ia pasti langsung pergi bekerja part time di Soul Caffee.
Kadang aku menemuinya disana tapi karena ujian akhir yang semakin dekat mau tidak mau sepulang sekolah aku harus ikut bimbingan belajar jadi tidak bisa menemuinya.
Akhir pekan bagiku sama saja. Kyuhyun harus bekerja part time lagi yaitu mengajar les privat kepada murid SMP.
Seingatku aku pernah mengajaknya belajar bersama di sebuah kafe tapi yang terjadi adalah Kyuhyun benar-benar BELAJAR!

Aissshhh... Saat aku mengeluhkan kenapa ia hanya diam saja. Ia hanya membalas “Kita kan sedang belajar”.
Kesal rasanya seperti mau mencengkeram kerah kemejanya dan berteriak kepadanya.

Drrrttt.... * ponsel nya bergetar
“Yeoboseyo?”
.....................
“Ah majayo, bimbingan belajarku! Ne, eomma aku berangkat sekarang”.

End POV

Sungyoung bergegas menuju tempat bimbingan belajarnya.

Secepat apapun ia berusaha untuk tidak terlambat ia masih saja telat.
Dengan ragu ia mengetuk pintu ruangan kelas.
“Masuklah.” saat mendengar jawaban dari dalam kelas iapun memberanikan diri untuk masuk.
“Jusonghamnida songsaengnim aku telat.” ujarnya seraya membungkukan badannya.
“Gwenchana, pelajaran baru saja mau dimulai.”jawab songsaengnim namun itu bukan suara yang biasa ia dengar.
Perlahan Sungyoung menegakkan tubuhnya hingga ia bisa melihat dengan jelas sosok di hadapannya tersebut.

Namja berkacamata itu jelas bukan songsaengnim yang biasa mengajarnya. Spontan saja ia memberikan tatapan bingung sehingga namja tersebut menyadarinya.
“Ah ye. Kau telat saat perkenalan tadi ya. Aku Lee Jang Woo untuk sementara menggantikan Kim Songsaengnim yang sedang sakit.” ujarnya seraya menjulurkan tangannya.

Dengan wajah terpesona iapun meraih uluran tangan Jang Woo. Namun ia segera tersadar dan bergegas menuju mejanya.

Entah kenapa perasaan yang sama muncul tiap kali ia melihat Jang Woo. Perasaan yang sama seperti yang ia rasakan terhadap Joongki.

"Sillyehamnida songsaengnim..."panggil Seungyoung seusai bimbingan belajar.
"Ne, Sungyoungie."
"Eh? Anda tahu namaku?" ucapnya dengan ekspresi terkejut.
Lalu Jang Woo agak membungkuk kearahnya dan mendekatkan wajahnya persis di hadapan Sungyoung.
"Mwo...mworago?" Seungyoung pun salah tingkah.
Dan Jang Woo menunjuk ke arah dada bagian kanan.
"Lee....Sung...Young...."
Sungyoung baru menyadari nametag seragam sekolahnya. Pantas saja Jang Woo langsung memanggil namanya.

"Ah ye, aku lupa aku kira songsaengnim sudah mengenal aku sebelumnya. Hehe.."katanya sambil terkekeh menahan malu.
"Ne....Aku memang sudah mengenalmu."
Mendengar kalimat menggantung dari mulut Jang Woo, Sungyoung tidak mau terburu-buru mengambil kesimpulan seperti sebelumnya lalu ia bertanya "Maksudnya songsaengnim?"

"Benar juga kau pasti lupa. Dan mungkin sudah lupa dengan janjimu kepadaku dulu."jawabnya dengan sedikit tersenyum ke arah Sungyoung.
"A..Aku tidak mengerti songsaengnim."
"Oppa....Kau dulu biasa memanggilku Woo Oppa."
"Woo oppa?"
"Kau masih belum mengingatku? Gwenchana, ingatlah perlahan ya.

Kata-kata Jang Woo masih teringat dalam pikiran Sungyoung.
Sambil merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya ia tetap saja mengingat-ingat dimana ia dan Jang Woo saling mengenal.
Terdengar bunyi ketukan di pintu kamar Sungyoung.
"Seungyoungie keluarlah, kita sedang ada tamu." panggil Eomma.
"Ne eomma, chakamanyo."
Iapun bersiap keluar dari kamarnya.

Terdengar suara tawa namja asing dari arah ruang tamu.
Ragu ia melangkahkan kakinya hingga eomma memanggilnya.

"Sungyoungie, apa yang kau lakukan? Ayo cepat sapa tamu kita."
"Ne eomma...." dengan perlahan ia menghampiri ruang tamu dan mengucapkan salam.

"Sungyoung....Kita bertemu lagi...."
"Mwo? Songsaengnim? Kenapa ada disini?" dengan wajah terkejut ia mendapati Jang Woo dihadapannya.
"Aiguuu.... Sungyoung...Jadi benar apa kata Jang Woo kalau kau tidak mengenalinya?"tanya eomma.
"Ne?" Sungyoung semakin bingung.
Jang Woo mendekatinya dan mengusap lembut poni Sungyoung seraya berkata "Gwenchana eommonim, waktu itu Sungyoung kan masih sangat muda."
"Ah benar juga." lalu mereka melanjutkan percakapan.
Tapi tidak dengan Sungyoung yang masih keheranan. Ia sama sekali tidak ingat siapa itu Jang Woo.

Malam itu, percakapan eomma dan Jang Woo yang sesekali membahas masa kecil Sungyoung seakan namja itu benar-benar sangat mengenalnya.
Di saat seperti itu ia tidak menyadari ponselnya bergetar.
Nama 'Cho Kyuhyun' tertera di ponselnya.



POV
 Cho Kyuhyun? Kenapa ia meneleponku?
Aiguuu...Kenapa bisa tidak sadar ada telepon darinya...
Argh....

Lebih baik aku meneleponnya lagi.
Mwo? Nomornya tidak aktif? Marahkah?
Andwaeee....

End POV

Dengan tergesa-gesa ia berlari keluar dengan cepat ia meraih tasnya.
Di hari minggu seperti ini Kyuhyun tidak bekerja part time di kafe, biasanya ia ada di perpustakaan.

Sesampainya disana ia melihat hampir ke seluruh sudut ruang perpustakaan dan ia tidak menemui sosok nya. Lalu ia mencoba mencarinya di salah satu siswa les privat Kyuhyun yang ia perkenalkan padanya dulu.
Namun ia pun tidak mendapatinya disana.

RUMAHNYA! Batin Sungyoung berkata, tapi sampai detik itu pun ia tidak mengetahui rumah Kyuhyun.
Kyuhyun tak pernah mengizinkannya ke rumahnya ataupun tahu tentang rumahnya.

Air mata mulai mengalir di sudut matanya. Tak henti-hentinya ia menyesali kenapa ia tidak tahu Kyuhyun meneleponnya malam tadi.
Sungyoung adalah tipe yang akan mengeluarkan air matanya walau dimanapun ia berada.
Jika rasa sesak memenuhi relung hatinya ia hanya bisa menangis.



Sosok Sungyoung yang duduk di anak tangga dengan isak tangis yang terdengar membuat orang-orang yang melewatinya melihat dengan pandangan aneh.

Hingga seseorang menyentuh pundaknya dan memanggilnya.
"Sungyoung, apa yang kau lakukan disini?" Sungyoung pun menengadahkan kepalanya.
"Yeonjoo unnieeeeeeeee..." panggil Sungyoung seraya berhambur ke pelukan Yeonjoo.
"Wae kau menangis di pinggir jalan seperti ini? Tadinya aku ragu ini kau atau bukan. Marhaebwa "
"Unnieee...Apa kau tahu dimana rumah Kyuhyun? Aku.. Aku mencarinya...Tapi....Huwaaaa..." ia pun kembali menangis dan kali ini makin menjadi-jadi.

"Aiguuu.... Uljima....Ayo tenangkan dirimu dan perlahan ceritakanlah ada apa dengan Kyuhyun?"
"Ne unnie...."
Beberapa saat kemudian Sungyoungpun tenang dan ia mulai bercerita.
"Tadi malam aku mendapat banyak panggilan tak terjawab dari Kyuhyun tapi aku baru menyadarinya tadi pagi. Dan saat aku meneleponnya nomornya sudah tidak aktif, lalu aku mencarinya ke tempat-tempat biasa yang ia datangi setiap hari minggu tapi aku tidak menemukannya. Dan aku tidak tahu dimana rumahnya."

"Uhm, begitu ya. Kalau begitu aku antar kau kerumahnya. Mendengar ceritamu aku juga menjadi khawatir."
"Jincha unnie?"
"Ne, kachik kajja."

Akhirnya mereka sampai di sebuah apartemen kecil dengan bangunan tua nya dan aroma pengap yang mengelilingi sekitarnya.
Yeonjoo menekan bel tepat di salah satu pintu apartemen di lantai 7 tersebut.
Muncullah sesosok wanita tua.
"Halmeonie, Kyuhyunie...Apa ia ada?" tanya Yeonjoo kepada wanita tua itu dengan suara yang agak keras.

Sosoknya yang seperti berumur 80th itu membuat Sungyoung bertanya-tanya dalam hati. Apakah ia nenek Kyuhyun? Apa pendengarannya sudah memburuk?

"Kyuhyunie? Ia pergi...."
"Eodi?"
"Nae ttal menjemputnya pagi ini, ia menikah dengan seorang pria kaya dan ingin Kyuhyun tinggal dengannya."

Jantung Sungyoung seakan terkena goncangan yang hebat mendengarnya.
"Halmeonie....Apa kau tahu dimana mereka tinggal?"
"Mereka sudah bukan keluargaku jadi jangan tanya aku lagi. Kha! Kha!"
Dengan kasar nenek Kyuhyun mengusir Yeonjoo dan Sungyoung.

Sudah tiga hari semenjak kejadian itu ia tidak mendengar kabar dari Cho Kyuhyun sama sekali.
Dari yeonjoo ia mengetahui kalau Cho Kyuhyun berasal dari keluarga yang tidak mampu.
Ayah dan Ibunya yang bercerai membuatnya untuk tidak memilih satu diantara mereka untuk tinggal tapi ia memilih tinggal bersama neneknya.
Ayahnya sudah lama menikah dengan wanita lain.
Itulah sebabnya ia bekerja keras seorang diri.
Menjadi barista adalah cita-citanya karena ia senang melihat orang-orang yang meminum kopi merasa senang. Ia memiliki otak yang cerdas namun ia tidak mau menjadi seorang guru atau semacamnya karena ia tidak mau menjadi seperti ayahnya yang seorang profesor.
Ia berpikir otak yang cerdas tidak membuat seseorang menjadi baik karena ayahnya pun meninggalkan ibunya demi wanita lain yang lebih berpendidikan dan kaya.

"Sungyoungie....Sebenarnya kau sakit apa? Sudah tiga hari ini kau tidak nafsu makan. Beranjak dari tempat tidurpun tidak. Ada apa denganmu Sungyoung?"
Ibu Sungyoung sangat khawatir dengan putri satu-satunya itu.
Terdengar bunyi ketukan pintu dari depan kamar Sungyoung, lalu seseorang membuka pintu.
"Jang Woo, kau datang."
"Eommonim, sudahlah biar aku yang menemani Sungyoung, beristirahatlah eommonim."
"Ne, aku harus mengurus makan malam. Tolong temani uri ttal, ne Jang Yoo?"
"Ne eommonim."
Melihat Sungyoung yang hanya terbaring di ranjangnya ia tiba-tiba teringat masa kecilnya bersama Sungyoung.

Flash Back

Jang Woo, 12th adalah anak dari teman ibu Sungyoung.
Sejak kecil Sungyoung kecil (6th) selalu menghabiskan waktu bersamanya.
Suatu ketika saat mereka bermain bersama Sungyoung terjatuh dan menangis kencang.
Membuat Jang Woo kebingungan.
"Sungyoungie...Uljimayooo..."pinta Jang Woo namun Sungyoung masih menangis.
"Jika kau menangis seperti itu tidak akan ada yang mau jadi pengantinmu."tambah Jang Woo.
Bukannya berhenti, tangis Sungyoung makin menjadi-jadi."
"Gwenchana...Jika tidak ada yang mau menikah denganmu. Aku yang akan menikahimu."
"Jongmal woo oppa?"
"Ne..."
"Yaksok?"
"Uhm."

End of Flash back

Masa lalu yang telah dilupakan oleh Sungyoung namun tetap ia ingat.

Setelah Ibu Sungyoung menutup pintu, Jang Woo perlahan duduk di bangku sebelah ranjang Sungyoung.
"Sungyoungie, oppa tidak tahu apa yang terjadi denganmu. Tapi coba lihatlah ini."
Ia menyodorkan sebuah album foto berwarna putih dengan bunga-bunga kecil di tengahnya.


Beberapa foto Sungyoung dan Jang Woo ada di dalam album foto tersebut.
"Ini...Sungyoung yang kukenal. Sungyoung yang ceria yang walau sedikit cengeng tapi tidak seperti ini. Apa kau tidak kasihan dengan eommonim? Apa ia punya salah sampai kau membuatnya khawatir seperti ini? Sungyoung apapun yang terjadi padamu pasti eommonim bisa merasakan. Saat kau sedih ia pasti lebih sedih. Saat kau sakit ia pasti lebih sakit."
Sudut mata Sungyoung mulai berair mendengar kata-kata Jang Woo.

Jang Woo benar, ia tidak boleh membuat eomma nya sedih hanya karena ia sedih.

"Mianhe..." lalu air mata Sungyoung berderai.
Dengan lembut Jang Woo memeluknya.
"Gwenchana..."

Waktupun berganti, Sungyoung pun menyelesaikan sekolahnya di SMA.
Dan sudah 4th ia menjadi seorang mahasiswi di salah satu universitas ternama.
Hampir setiap hari ia lalui bersama Jang Woo.

Siang hari di Haeundae street.

"Oppa......Aku berjanji akan mentraktirmu jika aku bisa menjadi intern. Nah....Oppa mau aku traktir apa?"
"Uhm...." mata Jang Woo mengarah ke restoran steak.
"Oppaaaa...Masa oppa meminta traktiran yang mahal seperti itu dari mahasiswi sepertiku?"
"Hahaha...Kau kan akan menjadi intern. Kalau begitu aku mau itu saja." jari Jang Woo mengarah ke sebuah kafe.
"Kopi?" tanya Sungyoung memastikan.
"Uhm, aku haus. Traktir aku kopi ya."

Sungyoung ragu saat melangkahkan kakinya ke sebuah coffee shop.
Tapi karena itu janjinya maka ia menemani Jang Woo ke coffee shop itu.
"Aku mau 1 coffee latte dan 1 americano."pesan Jang Woo.
"Oppa, kenapa kau pesan 2 sekaligus? Apa kau mau meminum kedua-duanya?"
"Ani, coffee latte untukmu."
"Mwo? Tapi aku tidak minum kopi."
"Agassi, anda tidak minum kopi? Tapi dijamin setelah meminum kopi buatan barista kami kau pasti akan menyukainya." ujar salah seorang namja yang menjadi kasir di tempat itu seraya mengarahkan telunjuknya ke seorang barista muda.

"Cho Kyuhyun...!" alangkah terkejutnya Sungyoung yang tiba-tiba mendapati sosok Kyuhyun dengan apron hitam dan kemeja putih yang ia kenakan.
Tanpa ragu ia berlari ke arah Kyuhyun, "Nappeun....Nappeun namja.....Kau meninggalkanku begitu saja."

"Sungyoung....Mianhe....."
"Neol nappeunun! Aku tidak peduli kau menganggapku apa tapi aku mencintaimu Cho Kyuhyun."
"Babochi....Kau pikir aku tidak tersiksa jauh darimu. Aku Cho Kyuhyun selama ini berusaha menjadi seorang namja yang lebih baik dan akan kembali padamu."
"Ani...Aku tidak butuh itu. Yang aku mau seorang Cho Kyuhyun. Pria yang membuatku jatuh cinta dengan senyuman yang hangat itu."

POV

Ternyata aku tidak butuh pernyataan cinta dari Kyuhyun aku hanya menginginkannya tetap berada di sisiku.
Aku yang berpikir bisa melupakanmu sejenak sirna dan kembali mencintaimu saat aku melihatmu.
Walau waktu berganti hanya ada ia di hatiku - Cho Kyuhyun.

Bagai rasa kopi yang pahit yang manis seketika tertuang krim dan gula.
Begitulah pahit manis cintaku....

End POV

Pahit manis cinta yang terpendam jauh lebih dalam dirasakan oleh Jang Woo.
Baginya Sungyoung bukanlah sekedar gadis kecil.
Baginya Sungyoung adalah cinta pertamanya.
Tapi Jang Woo sadar kisah masa lalu nya hanya akan menjadi kenangan indah.

~THE END~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar